18 Maret 2011

Sepertinya, Tidak Ada Status Saksi Di Mata Polisi

Ah, masa iya? Bukankah setiap memeriksa seseorang untuk dimintai keterangannya pasti diterapkan status saksi? Trus, adanya apa? Tersangka? Jangan ngawur ente, ah!
Tenang Bro... kalem Sis... Ini kisah nyata, kisah Apuk (panggil saja begitu), sahabat karibku yang apes beberapa waktu lalu.
Begini ceritanya. Malam Jum'at itu, dia menghabiskan waktunya untuk membina para pemuda di Pekalongan Selatan. Karenanya dia izin untuk tidak hadir dalam pertemuan rutin pekanan kami yang juga diadakan malam itu. Menurut ceritanya, sekitar jam 11 malam usai kegiatan pembinaannya, dia hendak pulang ke kosnya yang kebetulan melewati kantor tempat dia mengabdi selama ini.
Dia melihat pintu gerbang kantor masih terbuka dan beberapa koleganya sedang berkumpul di ruang satpam, menantikan acara favorit mereka. Karena disapa, mampirlah ia ke kerumunan itu. Ada kurang lebih 5 sampai 7 orang di sana: satpam, office boy dan beberapa pegawai lain.
"Dari mana, Puk?" sapa pak Satpam
"Ah, biasa Mas... Lagi pada kumpul-kumpul nih?" balas Apuk basa-basi.
"Ayo gabung ke sini... Nanti tidur di kantor saja, ngapain di kos sendirian," timpal yang lain.
"Gitu ya? Kebetulan aku capek banget nih hari ini... Sorry ya, mau langsung tidur saja," Apuk menolak ikut gabung nonton TV. Ia memilih beristirahat, karena badannya terasa lunglai setelah beraktivitas sejak pagi.
"Yo wis, sana ke lantai dua saja. Di sebelah ruang Kasi, enak Puk," pak Satpam menyilakan.
Tanpa malu-malu lagi Apuk langsung ngeloyor ke lantai dua dimaksud. Dan tidak butuh waktu lama untuk langsung bermimpi...
***
Pagi harinya, ia dapati di lantai satu sudah ramai orang. Eh, ada polisi juga.
"Ada apa Mas, rame sekali?" tanya Apuk penasaran pada pak Satpam
"Kantor kita kemalingan! 50 juta raib!"
"Hah???"
"Semalam, di ruang brankas lantai dua!"
Mungkin kalau kisah ini di-manga-kan, lanjutan adegan ini adalah: gambar 2 kaki terangkat ke atas dengan posisi sandal terlepas dan tulisan: GUBRAK..!!!
Akhirnya, Apuk diminta ke Polres untuk dimintai keterangan dengan status sebagai "saksi".
***
Di Polres...
Satu jam berlalu Apuk dibiarkan duduk diam gelisah sendirian di depan meja petugas. Apakah ini merupakan standar operasional prosedur ya? Membiarkan saksi gelisah, menteror mental sebelum diinterogasi.
Kemudian...
"Apa kabar mas Apuk?" seorang petugas yang kebetulan mengenalnya menghampiri.
"Alhamdulillah, baik, Mas" balas Apuk berusaha tetap tenang.
Setelah basa-basi sejenak, petugas itu melanjutkan, "Siap jadi Saksi?"
"Insya Allah siap," jawab Apuk tetap cool
"Kalau begitu, disumpah dulu,"
"Walah, pake disumpah segala to? Hehe..." canda Apuk berusaha mencairkan ketegangan dengan para petugas.
"Semalam, ada kejadian apa di kantor Anda?" petugas memulai interogasinya.
"Saya tidak tahu, Pak. Tapi kalau menurut obrolan Bapak dan teman-teman Bapak tadi, denger-denger ada pencurian ya Pak?" sambil nyengir, Apuk balik bertanya ke petugas, sebagai upayanya tetap cermat sebelum menjawab setiap pertanyaan.
"Oke, ada pencurian," ulang petugas sambil mengetikkannya di BAP. "Apa saja yang dicuri?" cecarnya lagi.
"Tidak tahu, Pak. Tapi dengar dari teman-teman, katanya uang 50 juta hilang Pak," masih berusaha kritis sambil senyam-senyum.
"Waktu kejadian, Anda di mana?" cecar petugas lagi.
"Sebentar pak Polisi," Apuk mengkritisi pertanyaan petugas. "Saya tidak bisa menjawab pertanyaan Bapak. Tapi kalau pertanyaannya 'Tadi malam Anda di mana?', maka saya bisa jelaskan," berkata demikian, Apuk masih bisa nyengir.
"Oke, Anda berada di mana semalam?"
Seterusnya Apuk menceritakan kronologis kisahnya kepada para petugas itu.
Sekembalinya ke kantor, Apuk disambut guyonan teman-temannya.
"Lha, ini dia tersangkanya ha..ha..ha..."
"Kawan, perlu kami buatkan 'Koin untuk Kos Apuk' tidak?" canda yang lain melengkapi renyahnya suasana penyambutan.

17 Maret 2011

Bom Buku dari Kacamata Tukang Becak

Adalah para tukang becak yang saban hari mangkal di depan kantorku. Senangnya melihat mereka rayahan pinjam koran tiap pagi. Dan ini lho yang menarik, setelah itu mereka pasti asyik sahur manuk mengomentari peristiwa-peristiwa aktual yang terpampang di headline kedua koran itu (Radar Pekalongan dan Suara Merdeka). Gayeng abis!
Termasuk peristiwa bom buku yang sempat "makan" tangan seorang perwira polisi kemarin. Kata mereka, ini rekayasa. Walah, oleh siapa? Nggak tahu mas, yang jelas pihak-pihak yang sukanya mengalihkan perhatian, jawab salah seorang yang paling rajin melahap koran. Bagaimana analisanya? Begini. Menurut koran ini (Suara Merdeka, 16/3), resepsionis menerima paket jam 10, terus diserahkan sama temannya yang karena curiga melihat kabel dalam paket dia langsung melaporkan ke polisi. Tapi alih-alih bersegera, tim Gegana malah datangnya 5 jam kemudian. Ada apa ini? Terhalang macet? Kan bisa "terbang", tapi kenapa tidak dilakukan? Apa kata dunia, wong ada laporan bom dari masyarakat kok tidak direspon cepat?
Saya semakin tertarik. "Mungkin Timnya lagi ditugaskan kemana gitu, jadinya lambat. Personelnya kan terbatas Kang", pancing saya.
Nggak bisa mas, dia menyela. Lihat saja kecerobohan perwira yang mencoba menjinakkan bom itu. Bukankah yang boleh menjinakkan itu hanya Tim Gegana? Lah, ini bukan bagiannya kok berani-beraninya membuka paket hanya dipandu lewat HP. Oke, andaikan boleh, tapi prosedur standar kan mestinya dipenuhi. Harus pakai pelindung yang mirip astronot itu, terus ada tabung khusus yang untuk meledakkan. Atau, kan bisa pakai robot yang pernah dipakai di Temanggung dulu?
Hehe... asyik juga nih orang, terus? Perwira ini pasti dikorbankan, tegas dia. Jadi tumbal untuk kepentingan yang lebih besar. Weleh... Kok mau? Yah, mungkin terpaksa manut pada atasan, atau jangan-jangan ada kompensasinya. Lihat saja di tv, mereka seperti main-main saja, karena memang yang dihadapi bukan bom kok. Itu hanya mercon. Paling resikonya putus tangan, nggak sampai mati. Dan seperti kata iklan: yang penting... heboh!

15 Maret 2011

10 Wasiat Hasan Al Banna

Lagu : Tombo Ati by Opick
Syair : by Nurhadi
================================

Hasan Al Banna telah mewasiatkan
Yang pertama: sholat saat dengar adzan
Yang kedua: baca, telaah dan dengarkan Al-Qur'an
Yang ketiga: bahasa Arab fasihkan

Yang keempat: janganlah suka berdebat
Yang kelima: sedikitkanlah tertawa
Yang keenam: hindari senda gurau yang berlebihan
Yang ketujuh: rendahkanlah suaramu

Kedelapan: ghibah jangan dilakukan
Kesembilan: jangan sungkan berkenalan
Kesepuluh: efektifkanlah waktumu
Insya Allah, Allah 'kan meridhoimu


----------------------------------------------
Bro & Sis, syair lagu di atas ane gubah pada Senin, 7 Desember 2009. "Asbabul wurud"nya karena waktu itu didaulat untuk ngisi taujih pada Jalsah Ruhiyah DPD PKS Kabupaten Batang. Maka dengan sistem kebut semalem, jadilah gubahan lagu ini... Semoga bisa untuk bahan rengeng-rengeng (bersenandung) antum di kala suntuk....

13 Maret 2011

DPC PKS Pekalongan Timur Memulai

Hari ini, tepatnya jam 16.30 sampai 17.30 WIB, bertempat di Sekretariat DPD, Jl. Sulawesi 20D Kergon Pekalongan, diadakan Pemilihan Umum Internal (PUI) untuk memilih calon pengurus DPC Pekalongan Timur. Ini merupakan DPC pertama di kota Pekalongan yang mengadakan PUI. PUI merupakan rangkaian acara Muscab yang harus dilalui. Ditargetkan akhir bulan ini keempat DPC telah melaksanakan PUI.
Alhamdulillah, dari 50an undangan, lebih dari separuhnya telah hadir. Berarti secara kuorum telah memenuhi syarat. Acara dibuka dengan tilawah oleh akh Budi, dilanjutkan sambutan ketua DPC lama. Berikutnya Pak Topo selaku kabid Kaderisasi memberikan taujihnya. Ane kebagian membacakan surat edaran dari Wilda Jatijaya tentang penyelenggaraan Muscab.
Sebetulnya DPD mengagendakan hari ini untuk acara pelantikan pengurus dari keempat DPC. Namun karena beberapa kendala teknis akhirnya baru satu DPC yang berhasil menyelenggarakannya. Mudah-mudahan sebelum akhir pekan depan tiga yang lain segera menyusul. Direncanakan akhir bulan Maret ini pelantikan secara kolosal...

08 Maret 2011

Ribetnya Pasang Gips di RSUD Kraton

Bro & Sis, dua pekan lalu istriku yang saat itu menjemput putra keempat kami, Jundi (8 tahun), jatuh dari motor. Gara-garanya menghindari tabrakan dengan pengendara motor dari arah berlawanan yang dengan tiba-tiba memotong jalan hendak menyeberang. Mungkin dia mengerem hanya menggunakan rem belakang dengan tenaga penuh (ane tidak menyaksikan kejadiannya), maka motor jadi ngosek dan jatuhlah dia. Alhamdulillah Jundi tidak mengalami luka serius, hanya lecet di lututnya saja.
Secara sekilas, luka istriku kelihatannya ringan: beberapa luka parut kecil di lengan dan kakinya. Dan pergelangan tangan kanannya sepertinya terkilir. Karenanya setelah memberi betadine di sana-sini, ane langsung membawanya ke tukang pijat. Namun sudah lewat dua pekan rasa sakitnya tak kunjung sembuh. Akhirnya ane konsultasi ke dokter keluarga, dirujuk untuk rontgen. Dan sabtu kemarin telah kami laksanakan, hasilnya ternyata: retak (bahasa dokternya: fraktur 1/3 distal radius dextra). Dokter orthopedinya menyarankan digips, senin disuruh kembali.
Nah, kemarin (Senin) kami kembali ke RSUD Kraton Pekalongan untuk melakukan pemasangan gips. Kami kira prosesnya sederhana: datang, digips dan boleh pulang. Eh, ternyata disuruh opname segala. Kata dokternya jika masuk sekarang, maka besok (hari ini) bisa segera diproses. Walah, lha kok begitu ya? Terus terang kami tidak siap untuk nginap. Tapi apa boleh dikata, nasihat dokter adalah jalan terbaik, pikir kami. Akhirnya istri langsung masuk ke ruang Flamboyan kamar 4.
Dan siang ini, mudah-mudahan proses operasinya berjalan lancar. Deg-degan juga sih membayangkannya. Lha wong kudu dibius segala kata dokter.

**Update: pukul 20.45:
Tadi siang proses operasinya berjalan lancar, alhamdulillah. Masuk ruang operasi jam 09.30, selesai 2 jam kemudian. Cerita isteriku, suasana di dalam kamar operasi beda jauh dengan apa yang dia bayangkan. Llha wong satu ruang operasi 4x6 meter diisi 3 pasien dengan berbagai keluhan. Sudah begitu, para dokter dan asistennya saling bercanda, baik sesama maupun "ngerjain" pasiennya. Bahkan waktu proses, istriku tidak masuk bilik khusus, hanya di luar dan katanya dibius kok masih terasa sakit ketika diproses.
Sampai posting ini kutulis, istri masih belum boleh pulang, walau infus telah dilepas tadi habis maghrib. Mohon doanya, semoga besok bisa segera back to home sweet home...
[harus kembali ke RS segera nih...]