Slamet, itulah namanya. Sederhana sekali ya? Begitulah. Orangnya juga sesederhana namanya, namun hatinya sangat baik. Dia hanya dua orang bersaudara, adiknya perempuan. Karena orang tuanya tidak mampu menyekolahkan anaknya hingga pendidikan tinggi, maka ia mengalah untuk tidak menamatkan SDnya. Ia membantu orang tuanya mencari nafkah, apa saja asal halal katanya. Dan dari penghasilannya yang kecil itu, ia rela menyokong adik perempuan satu-satunya untuk terus bersekolah, bahkan hingga lulus di perguruan tinggi terkenal di Semarang. Subhanallah, pengorbananmu sangat inspiratif Mas Slamet.
Membicarakan jiwa berkorbannya Mas Slamet ini, tak akan ada habisnya. Lihat saja malam ini, ketika DPD PKS Kota Pekalongan mengadakan tasyakuran pindahan kantor. Acara intinya adalah mabit (bermalam) semua kader dan simpatisan (laki-laki) di kantor baru, sekaligus diisi khataman Qur'an dan taujih dari ketua. Nah, saat kami hendak sholat berjama'ah di masjid terdekat, Mas Slamet rela tidak ikut meraup pahala berjama'ah. Dia rela sholat munfarid setelah kami semua pulang dari masjid. Mengapa? Ternyata Mas Slamet khawatir terhadap keselamatan motor, sepeda dan helm milik kami yang terparkir di halaman kantor baru.
Terima kasih Mas Slamet... Atas pengorbananmu, kami semua bisa sholat berjama'ah dengan tenang di masjid. Subhanallah, berilah pahala berjamaah pada sholatnya mas Slamet ini Yaa Robb...