29 Maret 2015

Wishlist to Bukalapak



Sejak promosi gencar-gencaran di lini media sosialku, banyak teman yang merespon positif dagangan yang saya pampang di bukalapak. Namun rata-rata mereka agak malas ketika proses jual belinya sedikit ribet.

Di sisi konsumen, "birokrasi" yang diterapkan Bukalapak --yang musti transfer via bank ke rekening Bukalapak dan setiap item kena charge ongkos kirim, karena opsi jasa pengiriman memakai pihak ketiga-- sedikit menghambat antusiasme pembeli offline. Khususnya teman-teman dekat yang setiap hari bisa bertatap muka.

Coba bayangkan ini. Anda sangat tertarik salah satu desain kaos Islami dagangan saya dan hendak membelinya. Setelah klik tombol "beli" di situs Bukalapak, kemudian diminta transfer sejumlah harga bandrol ditambah ongkos kirim sesuai alamat dan jasa kurir yang dipilih. Lha, padahal Anda sedang bertatap muka dengan saya. Kan jadinya lucu. Okelah prosedur transfer bisa dilakukan saat itu juga dengan fasilitas M-Banking nya, namun ketika Anda hendak membawa pulang barang itu, Anda musti menunggu setelah saya packing dan kirim via jasa kurir. Baru besoknya nyampai ke tangan Anda... Lucu sekali bukan?

Karena itu saya, selaku pengguna jasa lapak online di Bukalapak, sangat berharap ada opsi "Hand to Hand" di moda pengiriman barang. Sehingga, setelah konfirmasi transfer diklik di Bukalapak, pembeli offline bisa langsung membawa pulang barangnya, tidak perlu menunggu saya packing dan kirim via kurir. (Mana tahaan, sudah keburu mau dipakai nih... he...)

Selanjutnya sebelum pembeli itu beranjak dari hadapan saya, saya bisa sekaligus meminta budi baiknya untuk mengklik konfirmasi barang telah diterima dan mengisi kolom feedback positifnya... Karena inilah keuntungan non finansial yang sangat diharapkan di bisnis online, khususnya Bukalapak.

22 Maret 2015

Kopdar Bukalapak Solo

Dari kiri: Oom Jeep, om belum kenalan, om Rully juragan kamera, om Fajar FBD Kamera, om Iyan, om Juragan onderdil sepeda, dan saya...


Alhamdulillah sempat "menyelundup" ke acara kopdar Bukalapak Solo. Lho, kok menyelundup? Hehe... iya, karena bukan wong Solo. Dibela-belain jauh-jauh dari Pekalongan hanya supaya dapat menyedot ilmu dari para master seller Solo.

Asli, acara kopdarnya Bukalapak ini termasuk acara yang sangat-sangat berbahaya! Betapa tidak, di dalamnya mengandung "virus" yang sangat cepat menular. Gegara ikut acara ini, sepulangnya saya terserang "flu" kemaruk bisnis. Sampai-sampai ketika mendapati produk kaos distro islami yang cukup keren, saya rela menguras isi ATM. Haha...

Namun di balik gegap gempitanya acara ini, ada dua hal yang saya sesali. Pertama, karena tidak bawa kamera. Jadi hanya ngiler dan mupeng lihat para juragan pada narsis. Belum lagi, dengar-dengar ada kontes selfie... Walah, nasib... Tapi untungnya om Fajar baik hati, saya bisa nunut narsis groupi bareng mereka... Matur suwun om Fajar.

Penyesalan kedua, karena saya tidak dapat goodie bag-nya... hiks...