31 Januari 2009

Hayoo... Siapa Yang Bermasalah?

Aquariumnya Jundi. Keren 'kan?

Pagi itu jam menunjukkan pukul 07.30 WIB. Saat seharusnya istriku sudah harus tiba di TKIT Ulul Albab, tempat ngajarnya. Namun karena berangkatnya harus bareng Jundi (anak keempat kami yang masih kelas B), maka terpaksa menunggunya hingga selesai sarapan.
Sementara uminya ngomel-ngomel karena bisa dipastikan terlambat tiba di sekolah, Jundi alih-alih bersegera, ee... malah asik ngopeni piaraan barunya: ikan mungil (semungil yang punya).

Ia dengan penuh kasih memindahkan ikannya ke cangkir. Sejurus kemudian dengan perlahan tangan mungilnya memunguti bebatuan kecil dan 'rumah ikan' yang terbuat dari bekas serutan pensil miliknya. Memindahkan sementara keluar aquarium. Berikutnya membuang air aquarium yang sudah kotor, membersihkannya dan mengisinya kembali dengan air bersih. Lantas ia memindahkan rumah ikan, memunguti kembali bebatuan satu per satu dan menatanya dengan rapi ke dalam aquarium yang terbuat dari bekas toples susu.

Jarum panjang sudah menunjuk ke angka 9. Jundi sambil mengulum nasi sarapannya yang baru separuh habis, asik mengamati ikan kesayangannya. Tentu saja ini membuat uminya semakin uring-uringan. Dan antum bisa menebak, reaksi selanjutnya bukan?

Bro & Sis, itulah salah satu potret kehebohan pagi hari keluarga kami. Pernahkah antum (yang sudah berkeluarga) merasakan hal serupa? Ane yakin paling tidak Antum pernah menyaksikan peristiwa seperti itu.

Menurut ane, Jundi tidak bisa disalahkan. Karena memang seperti itulah dunianya, dunia anak-anak yang penuh dengan keasyikan. Terlambat sekolah? Itu bukan masalahnya bukan? Karena bagi anak, sekolah sama halnya dengan bermain. Ia tidak bisa diikat dengan sebuah peraturan yang mewajibkan harus begini dan begitu.

Jadi, siapa sesungguhnya yang bermasalah?

29 Januari 2009

Pendidikan Anak ala Indonesia vs Jepang

Bro & Sis,

Kemaren ane menegur Bu Lik. Itu tuh, pengasuh anak kelima kami, Irfan (2 th). Habisnya dia salah sih, dalam mendidik Irfan. Ceritanya siang itu seperti biasa, sepulang menjemput istri bekerja, kami mampir ke Bu Lik untuk mengambil Irfan. Nah, begitu melihat kami datang, ia pasti berlari menghambur ke pelukan uminya.

Sayangnya siang itu Irfan terlalu kenceng berlari hingga terjatuh. Mungkin saking kangennya kali ya? Reflek si Bu Lik tadi berlari menghampiri Irfan dan menggendongnya. Lantas untuk menghentikan tangisnya, ia pun memukul-mukul lantai sambil berujar, "Kodoke nakal ya, biar ibu pukul! He kodok, jangan nakal sama Irfan lagi. Rasakan ini!" dan... plak-plok-plak-plok!

Sepintas tindakan Bu Lik itu dibenarkan. Namun sebenarnya itu salah dalam kacamata pendidikan anak. Parahnya lagi, salah kaprah itu sudah turun-temurun tujuhpuluhtujuh generasi. Bisa dibayangkan, seperti apa karakter anak itu kelak?

Pertama, ia dididik untuk mencari kambing hitam (kasihan tuh si kambing, enakan disate ya?) atau kodok hitam atau sebangsanya yang item-item untuk pelampiasan. Jadi si anak diajari bahwa 'kamu tidak salah, yang salah tuh pihak lain', anak tidak diajari tanggung jawab.

Kedua, anak dididik untuk menyelesaikan masalah dengan kekerasan. Lihat gaya Bu Lik tadi memukul lantai (kalau ini, yang seneng tukang batu, bakal dapat order betulin lantai nih).

Ketiga, 'kasih sayang' yang diberikan ketika anak dalam masalah justru mengakibatkan 'rasa ketergantungan' yang akut, tidak mendidik anak untuk mandiri.

Ane jadi ingat cerita seorang kawan yang pernah hinggap di Jepang. Di sana, penanganan kasus seperti itu sungguh berbeda. Nih, penuturannya:

Suatu sore saat saya duduk ngopi di sebuah taman kota, terdengar tangisan seorang anak balita memecah keheningan. Sang ibu yang telah beberapa langkah di depan anak tersebut segera menghentikan langkahnya, menoleh dan tetap diam (Wah, tega amat nih! Eit, jangan su'uzhon dulu!). Si anak yang tergores lututnya dan sedikit berdarah itu semakin menjadi tangisnya. Namun hal itu tidak menggoyahkan ibunya yang tetap berdiri diam di tempatnya, tak sesenti pun mendekati si anak, apatah lagi menggendongnya. Boro-boro! Pun orang-orang yang ada di taman itu, sepertinya cuek saja. Sampai beberapa lama, akhirnya sang anak berdiri sendiri, tangisnya sudah agak mereda. Kemudian si ibu mengulurkan tangannya. Sang anak pun meraih tangan ibunya dan melanjutkan perjalanannya, sambil sesekali terisak.

Subhanallah! Pantasan karakter orang Jepang itu: pekerja ulet, mandiri, tahan banting dan bertanggung jawab. Sementara kita???

28 Januari 2009

Qur'an Phone


Seorang kawan silaturrahim sambil membawa Tabloid Suara Islam Edisi 57 (19 Desember 2008 - 2 Januari 2009). Di halaman 33 terdapat iklan Qur'an Phone M880 buatan Raztel yang fiturnya hampir mendekati HP ideal yang ane citakan (lihat postingan ane yang lalu):

(1) Fitur Keislaman: Al Qur'an digital lengkap 30 juz (0thmanic font, resitasi suara Syeikh Abdurrahman As-Sudais dan Syeikh Saud Ash-Shuraim, terjemah 28 bahasa, pilihan surat dan ayat yang ditampilkan), waktu sholat dengan alarm suara adzan, arah kiblat kota-kota besar dunia, Tafsir Jalalain, Hadits Bukhari-Muslim.

(2) Fitur Mobile Phone: dual band GSM 900 DCS 1800, dual card (satu siaga), layar sentuh 2,6" TFT LCD 262K warna, kamera 1,3MP & perekam video, menu bahasa Indonesia, SMS, MMS, GPRS dan Internet, memori eksternal T-Flash 1 GB, MP3 dan MP4, radio FM, bluetooth.

Sayang, di situsnya tidak menyertakan gambar yang ada khotnya. Karena penasaran, ane hubungi nomor telpon yang tertera di iklan, minta diemail screenshot khotnya (tuh, fotonya). Ane kira khotnya Utsmani asli kayak Qur'an versi cetak punya Syamil Bandung itu. Ee taunya... yah... gitu deh... (kecewa mode is on). Gak jadi naksir nih, padahal harganya terjangkau lho, cuma 1,5 juta!

14 Januari 2009

Boikot Produk Pro-Israel


Bro & Sis,
Tempo hari di-sms ketua MPD yang isinya:

"Coca Cola, Hugges, River Island, McDonald, Qlinique, Disney, Donna Karan, Star Bucks, Gap, Garnier, Perrier, Kotex, Sanex, Jo Malone, Lancome, Libbys, Tchibo, L'oreal, Marks & Spencer, Kleenex, Maybelline, Nestle, Vittel, Revlon"

Ini adalah daftar merk yang menyumbang untuk Tentara Israel. Kita harus memboikot belanja produk-produk tersebut!

Nganter Umar Back to School


Senin [12/1] kemaren nganter Umar, anak ketigaku, by Fit [maksudnya naik suprafit kesayangan] ke Sekolah Alam Ungaran. Masya Allah, sepanjang jalan sejak keluar kota Pekalongan hingga nyampe di rumah eyangnya Umar di Sumurejo, Gunungpati, kami diguyur hujan.
Bersyukur kami di sini diguyur hujan. Yah, hujan air walaupun berpotensi mendatangkan bencana banjir dan longsor, tapi juga membawa manfaat yang banyak. Bagaimana rasanya ya, sepanjang hari diguyur hujan bom seperti yang dialami saudara-saudara kita di Palestina?
Mari Bro & Sis, kita doakan mereka agar tabah menghadapi musibah perang ini. Dan doakan pula bangsa Yahudi dan Israel agar segera menghentikan kejahatannya, jika tidak ingin diadzab oleh Allah SWT.

09 Januari 2009

Hujan Sore-Sore, Enaknya Ngapain Ya?

Zaid & Jundi sedang asyik melanglang buana dengan Google Earth (ketimbang main hujan-hujanan, bisa mriang nanti). Foto terpaksa direkayasa, karena backgroundnya gak layak tampil di sini. Berantakan abis, karena bocor dimana-mana :-(

Bro & Sis,
Sore ini hujan di langit kotaku. Brrr.... dingin udara menusuk sumsum. Apalagi bocoran yang mengucur di sana-sini, jadi tambah malas untuk beraktivitas apa pun.
Ada tips uhuy buat Antum nih. Tapi maaf, hanya untuk yang sudah punya istri atau suami saja. Jadi, yang bujangan dilarang baca posting ini! Oke, aktivitas kala hujan seperti ini, yang paling asyik adalah rekreasi berdua. Lho? Hujan-hujan kok malah disuruh rekreasi? Benar, tapi maksud ane rekreasi di rumah aja. Itu lho, 'rekreasi' yang fungsi lainnya adalah prokreasi, berdua saja (ehm... tahu kan, maksudku?). Tanpa gangguan anak-anak, mana bisa? Bisa. Alihkan saja perhatian mereka ke permainan yang mengasyikkan.
Sebagai contoh, lihat tuh Zaid dan Jundi. Mereka asyik bergoogle-earth-ria setelah ane kasih tahu cara-caranya. Zaid sibuk meng-add-placemark di tempat-tempat yang ia kenal. Mulai dari sekolahnya, rumah eyangnya, kantor DPD yang biasa kami mampir, dan lain-lain. Antum bisa lebih kreatif lagi mengalihkan perhatian anak. Hm... Jadi, jika mereka tersibukkan dengan sesuatu yang mengasyikkan, pasti takkan bergeming ke mana pun. Pastikan pintu terkunci dan... sssst... jangan brisik!
Tapi sayang, hujan gini ane gak bisa 'rekreasi' bareng istri (hiks...). Karena istri ada liqo' (pengajian) rutin di sekolahnya. Duh kaciaaan... (Nggak juga sih. Ane kan asyik main-main sama anak-anak di rumah. Sekalian memberikan pengetahuan dan eksplorasi pengalaman mereka di dunia maya. Weee....)

07 Januari 2009

Homeschooling

Bro & Sis
Beberapa hari terakhir ini ane sedang asyik mengikuti salah satu milis tentang homeschooling (HS) alias Sekolah Rumah. Sebenarnya ketertarikan ane sudah lama, hanya tempo hari sempat nyasar ke milis ini jadi sekalian aja subscribe mumpung sempat.
Pengin sekali rasanya meng-HS-kan anak-anak sejak putri pertamaku (kini kelas 7) mau masuk TK dulu. Namun keinginan menggebu itu terpaksa ku"mendarat-darurat-kan" karena istri nggak sepakat. Alasannya "masa depan" anak bakal suram, karena di Pekalongan, belum ada komunitas HS-er dan Diknas belum mensupport. (Weleh, emangnya kalau sekolah formal dijamin "masa depan cerah" apa?)
Memang kuakui, latar belakang munculnya keinginan meng-HS-kan anak-anak adalah tidak sregnya hati ini dengan kurikulum dan metode pembelajaran di sekolah formal. Sementara ada yang agak sreg (yakni di TKIT dan SDIT) namun terbentur biaya (yang menurut ukuran kocek kami termasuk mahal. Ehm, ralat, sebetulnya nggak mahal sih, hanya kami-nya aja yang belum kaya, hehe...)
Ane yakin, bahwa dengan memberi ruang yang luas kepada anak untuk mengembangkan kreativitasnya, niscaya mereka akan menemukan jatidirinya. Sayangnya kurikulum pendidikan di negara kita belum mengarah ke sana. Dan sekolah-sekolah swasta yang mulai menerapkan kurikulum yang bagus, berkecenderungan mahal di ongkos. Wah, dilematis jadinya.
Kapan ya, mutu pendidikan negeri ini bagus dengan biaya murah? (Syukur-syukur gratis.. tis.. tis...)

05 Januari 2009

Buka Tutup

Ini bukan tiru-tiru judul pameran lukisan di GOR Pekalongan yang mengakhiri tahun 2008 lalu, "Tutup Buka". Melainkan hanya kebetulan karena ane benar-benar melakukan BUKA-TUTUP, maksudnya membuka tutup kemasan dus kamera Kodak EasyShare C913 yang baru kubeli tepat malam pergantian tahun 2008 ke 2009. Dengan merogoh kocek pas-pasan --nekat nih, karena niatannya dengan punya kamdig sendiri, hoby tersalurkan dan kalau ada lomba foto bisa langsung ikutan)-- sejuta tiga ratus rebu, dapet ini nih...

Isinya sebuah kamdig C913, memori 2GB dan special gift (ada payung, diary, kalender meja, kalender dinding, tempat minum, stapler). Sayangnya gak dapet softcase. Jadi musti beli sendiri nanti. Sementara ane taruh di tas pinggang punya putri pertamaku yang kini tak dipakainya lagi.
Menganyari penggunaan kamdig ini, beberapa hasil jepretannya bisa dilihat di sini, di sana, dan di sono noh...

03 Januari 2009

Aksi Solidaritas Palestina


Bro & Sis
Kemarin ane diamanahi jadi SC pada Aksi Solidaritas untuk Palestina oleh DPD PKS Kota Pekalongan. Alhamdulillah acara berlangsung lancar dan dengan timing yang tepat.
Diawali ba'da jum'atan, kumpul di alun-alun kota Pekalongan, para peserta mulai berdatangan, berasal dari DPD kota dan kabupaten Pekalongan serta kabupaten Batang, kurang lebih 200-an orang ikhwan-akhwat dan anak-anak mereka.
Pukul 13.45 WIB iring-iringan peserta aksi mulai longmarch menyusuri perempatan Kauman, belok kiri masuk Jalan Hayam Wuruk terus finish di Monumen Perjuangan (Jalan Pemuda), menempuh jarak kurang lebih 1,5 km. Diiringi orasi dan nasyid-nasyid bernuansa perjuangan dan Palestina secara selang-seling, sembari mengedarkan kotak infaq, menjumput sumbangan dari para peserta aksi sendiri dan masyarakat sekitar sepanjang rute yang dilewati.
Selain orasi, aksi juga diisi happening art dan diakhiri pembacaan pernyataan sikap dan pembakaran simbol-simbol Yahudi dan Israel.
Alhamdulillah hujan mengguyur dengan lebatnya pas usai pembacaan doa penutup pada pukul 15.15 WIB. Dari aksi ini terkumpul dana Rp 3.563.700,- yang rencananya akan ditransfer via rekening Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP).

***
Berita terkait: ada di blognya DPD PKS Kota Pekalongan
***

Update : 7 Januari 2009

- Tambahan dari KAMMI = Rp 1.296.900,-
- dari Hamba Allah...... = Rp 225.000,-
-------------------------------------------------
Jadi Saldo Sementara... = Rp 5.085.600,-

>>> Dana dikirim via Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP):