31 Oktober 2010

Dicari: Juru Kunci Merapi

Bro & Sis, sampai tulisan ini diposting, ane belum dengar rencana Raja Jogja mencari juru kunci pengganti. Ane jelas tidak mau ngrusuhi beliau dalam mencari kandidat. Ane hanya ingin menumpahkan sedikit uneg-uneg yang mengganjal di hati.
Sebenarnya, apa saja sih tugas seorang juru kunci Merapi? Apakah hanya memimpin upacara labuhan tiap tahunnya itu? Ataukah ada yang lain? Jika eksistensinya tidak lebih dari sekedar pemimpin acara ritual labuhan, menurut hemat ane tidak usah lah dibuka lowongan lagi. Toh, upacara itu justru menggiring umat Islam pada jurang kemusyrikan. Karena menurut ane, upacara itu menempatkan sosok Merapi sebagai dzat yang memiliki kekuatan maha dahsyat, yang karenanya agar tidak murka harus di-upacara-ni secara berkala. Padahal dengan begitu, berarti kita telah menduakan Allah SWT. Artinya, kita menjadi musyrik! Na'udzubillah min dzalik.
Namun jika kehadiran juru kunci sebagai tokoh panutan warga lereng Merapi yang dapat menyatukan berbagai entitas di sana, atau sebagai seorang guide yang mengetahui seluk beluk Merapi sampai ke detil terkecilnya, maka itu mungkin masih diperlukan. Jika memang begitu, maka syarat seorang juru kunci adalah sebagai berikut:
(1) Muslim yang taat beribadah dan berpegang teguh pada prinsip aqidahnya.
(2) memiliki jiwa kepemimpinan yang baik dan disegani warganya
(3) memahami seluk beluk Merapi
(4) rasional, artinya jika memang kondisi mengharuskan dirinya mengungsi, tidak usah jaga gengsi.
Dan mengingat resiko tugasnya yang demikian beratnya, maka ia layak mendapatkan fasilitas-fasilitas yang memadai. Dari mulai gaji yang layak (menurut ane, minimal sama dengan anggota DPR pusat), jaminan kesehatan, piranti teknologi komunikasi yang canggih, dan dilengkapi sarana mobilitas yang handal.
Bagaimana menurut anda?

30 Oktober 2010

Merapi, mbah Maridjan dan Raja Jogja

Bro & Sis,
Pertama, ane ungkapkan rasa duka yang mendalam atas jatuhnya korban dari bencana-bencana yang beruntun ini... khususnya korban Merapi. Lebih khusus lagi atas terenggutnya sang juru kunci, mbah Maridjan. Postingan ini ditulis bukan bermaksud menuding pihak-pihak yang musti bertanggung jawab, melainkan hanya hikmah yang ingin diambil.
Allah SWT menciptakan alam ini dengan penuh keseimbangan dan dalam takaran yang sangat pas. Artinya, jika Merapi saat ini harus membangun (pinjam istilah mbah Maridjan), maka itu memang sudah protokoler wajibnya, yang tak seorang pun diijinkan menginterupsinya. Walau tidak bisa dipungkiri dampak dari pembangunan yang dilaksanakan sang Merapi, berpotensi menelan korban: harta benda, ternak bahkan nyawa. Namun sadarilah berkah yang menyertainya juga. Di sana ada penjual masker yang panen dan pasca erupsi ini, kelak lingkungan yang luluh lantak itu akan jadi hamparan ladang subur.
Menurut para pakar, bencana letusan gunung berapi bisa diprediksi. Artinya jatuhnya korban bisa diantisipasi sejak dini. Jadi sangat disayangkan jika erupsi Merapi kemarin masih banyak jatuh korban. Terlepas dari masalah takdir, meninggalnya sang juru kunci sejatinya bisa diantisipasi. Kita melihat loyalitas beliau kepada rajanya demikian kuat, mengapa Raja Jogja tidak mau menggunakan otoritasnya memaksa beliau turun? Memang raja merasa tidak berhak memerintah mbah Maridjan turun, karena di sana ada bupati. Tapi tidakkah beliau memahami bahwa dalam pemahaman mbah Maridjan, atasan langsungnya adalah raja, bukan bupati. Jadi sungguh disayangkan sang raja tidak memiliki sense seperti Pinera, presiden Chile itu.
Ane jadi ingat sebuah nasihat bijak Robbani: barangsiapa memelihara kehidupan seorang anak manusia, maka ia ibarat memelihara kehidupan seluruh umat manusia. Sebaliknya, siapa saja yang membunuh (atau membiarkan hilangnya nyawa) seorang manusia, maka ia ibarat membinasakan seluruh manusia.
Padahal jika raja mau meluangkan sedikit waktu, bukan tidak mungkin mbah Maridjan tunduk pada titah raja, walaupun beliau sangat kekeuh pada pendiriannya: Nek aku mudun disoraki cah cilik-cilik!
Kadang ada prasangka buruk ane melihat fenomena ini. Apalagi mengetahui gaji seorang juru kunci Gunung Merapi yang konon hanya Rp 5.600 per bulan! (yang oleh mbah Maridjan disikapi dengan guyon: “lima juta enam ratus ribu rupiah” jika ditanya berapa gajinya). Sebuah angka yang hanya realistis untuk kurun 30 tahun lalu. Itu sebabnya, mbah Maridjan terpaksa harus mengambil gaji setiap tiga bulan sekali, supaya uang gajinya tidak habis untuk ongkos naik bus dari keraton ke dukuh Kinahrejo. Ane khawatir, loyalitas dan sikap narimo seorang Maridjan (dan para abdi dalem lainnya) diexploitasi sedemikan rupa sehingga sang majikan bisa seenaknya memperlakukan hak-hak mereka.
Memang dalam kesehariannya mbah Maridjan hidup dalam kesahajaan dan kesederhanaan. Seperti orang yang tidak membutuhkan uang. Dalam bahasa ane, dialah sosok orang yang benar-benar mencapai puncak kebebasan finansial. Tengok ketika dia menerima honor sebagai bintang iklan Extra Joss sebesar Rp 150 juta. Ia infaqkan uang itu untuk membangun masjid di Kinahrejo dan sisanya ia bagikan kepada para tetangganya! Subhanallah!

22 September 2010

Secuil Contoh Profesionalisme Polisi Kita

Bro & Sis,
Menyimak berita penyerbuan terdua perampok Bank CIMB tempo ari, satu sisi ane merasa salut atas adalah

30 Agustus 2010

URGENSI I’TIKAAF

Bro & Sis, tak terasa sudah sepertiga paruh akhir ramadhan 1431 Hijriyah nih... Sedih campur seneng nih. Sedihnya, target-target yang dicanangkan belum sesuai harapan. Senengnya karena bisa ketemu momen untuk i'tikaaf.
Btw, agar lebih mantep dalam beri'tikaaf, ini ane nukilkan kajian malam oleh Ust. Shohibul Imdad di masjid Al-Karomah, Tirto, Pekalongan.
Selamat menyimak dan melaksanakan ibadah sunnah ini, semoga pada Idul Fitri mendatang, kita semua seperti pada hari dilahirkannya kita oleh ibunda!
Berikut ini materinya... jreng... jreng...

DEFINISI I’TIKAAF
I’tikaaf secara bahasa artinya: menetap di suatu tempat (di mana pun, tidak mesti di masjid)
Menurut syara', i'tikaaf adalah: menetap di masjid dan berdiam diri di masjid dg niat beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. (QS 2:187)

WAKTU MULAINYA I’TIKAAF:
Pendapat pertama: start masuknya mulai terbenam matahari (maghrib) malam 21 dan keluarnya habis sholat shubuh dan langsung ke tempat sholat Id.
Menurut Imam Syafi’i: ketika masuk waktu maghrib tgl 1 syawal boleh langsung meninggalkan masjid.
Istri2 rosululloh sering ikut I’tikaf, baik ketika rosul masih hidup maupun ketika telah wafat.
Pendapat kedua: masuk itikaf tgl 20 setelah sholat subuh sudah berada di masjid. (HR Bukhori Muslim), keluarnya (usai i'tikaaf) pada malam idul fitri.
Rosululloh beri’tikaf pada 10 malam terakhir Romadhon hingga beliau meninggal (HR Bukhori Muslim)
Rosululloh pernah beri’tikaf 20 hari (karena tahun sebelumnya tidak I’tikaf, semacam mengqodho, mulai tgl 11 Romadhon) HR Bukhori Muslim. Hadits lain, rosul mengqodho pada bulan syawal.

RUKUN I’TIKAF
1. Niat (dalil : hadits 1)
2. Tinggal di masjid
Untuk I’tikaf regular (di luar Romadhon), kapan pun boleh. Lama waktu minimalnya seperti waktu yang dibutuhkan untuk membaca kalimat tasbih (subhaanallah) ketika berdiam di masjid asal dengan niat, boleh sambil beraktifitas lain, tidak harus duduk diam. Ya, sangat singkat, sesingkat tuma’ninah pada gerakan sholat kita.

SYARAT I’TIKAF:
1. Muslim
2. Mumayiz
3. Suci dari hadas besar (dan kecil lebih afdhol)
4. Khusus wanita, ada izin dari suami, utk gadis, ijin ortu. Gak usah wangi2an

MACAM I’TIKAF
1. Wajib (karena nadzar)
2. Sunnah
Nadzar dlm rangka taat kepada Allah hukumnya wajib, tapi kalau dalam rangka maksiyat harus ditinggalkan.

Hal2 yg boleh dilakukan dalam beri’tikaf:
1. Berbicara karena ada hajat
2. Membersihkan badan (mandi, BAB, dll)
3. Makan dan minum
4. Menengok orang sakit
5. Berobat ke RS/puskesmas
6. Menjadi saksi di pengadilan maupun pada pernikahan

Larangan dalam beri’tikaf:
1. Keluar masjid tanpa ada keperluan
2. Hilang akal
3. Haid
4. Nifas
5. Murtad
6. Jima’ (bersetubuh)

Sunnah2 I’tikaf:
1. Memperbanyak ibadah sunnah
2. Sholat berjama’ah
3. Sholat sunnah tarawih atau yg lain
4. Membaca al Qur’an (lebih afdhol dengan tadabbur)
5. Membaca tahmid
6. Membaca Tasbih
7. Membaca Takbir
8. Membaca Istighfar -> bentuk pengakuan seorang hamba atas Robbnya
9. Membaca Doa lain
10. Membaca Sholawat
11. Mengadakan Majelis ilmu
12. Menelaah kitab yang bermanfaat
Ibadah itu tujuannya hanya satu: lillaahi ta’ala

Makruhnya I’tikaf
1. Melakukan hal2 yang tidak bermanfaat
2. Tidak mau bicara

Tempat I’tikaf di masjid jami’ (yg untuk sholat jum’at), agar ketika hari jum’at, tidak usah keluar dari tempat I’tikaf.
Masjid yang afdhol untuk pelaksanaan I’tikaaf:
1. Masjidil Haram
2. Masjid Nabawi
3. Masjidil Aqsha
4. Masjid2 Allah yang lain (masjid jami’)

Hikmah I’tikaf
1. Meningkatkan iman dan taqwa
2. Meningkatkan tsaqofah islamiyah
3. Membina ikatan ukhuwah islamiyah -> efek: kesejahteraan
4. Menciptakan suasana musyawarah

Beberapa teladan:
Rosululloh mengetuk pintu kamarnya Ali dan Fatimah untuk mengingatkan sholat (ini contoh mertua yang oke).
Ketika masuk sepertiga malam terakhir, siap ibadah, rosululloh membangunkan istri/keluarganya (ini contoh kepala keluarga yang oke punya).
Umar r.a. melakukan sholat malam, kemudian beliau membaca ayat “wa’mur ahlaka bish sholah...” maka serta merta beliau membangunkan keluarganya untuk qiyamullail (sholat tahajud).
Rosulullah mengakhirkan berbuka hingga mendekati waktu sahur pada saat I’tikaf.
Mandi antara maghrib dan isya, sunnah rosul saat I’tikaf.

18 Agustus 2010

HUT RI Ke-65


Barusan usai hiruk-pikuk peringatan ke-65 tahun negeri kita tercinta...
Bro & Sis, ada satu hal yang mengganjal di hatiku nih, yakni: monotonitas Indonesia! Apa itu? Coba antum tengok logo resmi HUT RI itu. Seingatku, sejak logo 50th Indonesia merdeka, sampai hari ini tidak pernah berubah grand design-nya. Apa Indonesia ini miskin desainer grafis ya? Ane kira tidak. Tapi mengapa tidak diselenggarakan lomba logo HUT RI? Apakah panitia takut tekor? Atau jangan-jangan ada regulasi lumutan yang mengharuskan pakai master desain yang itu-itu saja? Atau... karena tidak mau repot alias terbiasa pakai template? Apa pun yang melatarinya, menurut nalar kreatif, hal itu tidak bisa dibenarkan! Karena merupakan pengebirian potensi kreasi anak bangsa!

12 Agustus 2010

Selamat Menunaikan Ibadah Ramadhan 1431 H

Ramadhan telah tiba!
Ane ucapkan selamat menunaikan ibadah Ramadhan 1431 Hijriyah. Semoga Allah SWT menerima semua amal kita...

09 Agustus 2010

HARTEKNAS

Bro and sis.
Sudah pada tahu belum, kalau hari ini adalah HARTEKNAS? Ya, Hari Teknologi Nasional. Eh, ngomong soal teknologi, kemaren ane lihat pemandangan yang "mengenaskan" lho.
Ketika mau menemui seorang kawan di kantor Pengadilan Agama Pekalongan, mata ane kepentok pada sebuah papan kecil bertuliskan himbauan untuk mengunci motor dan helm, dan kehilangan barang-barang bukan tanggung jawab mereka.
Sebenarnya bukan kata-kata itu yang membuat ane terhenyak, melainkan bagaimana tulisan itu dibuat. Selembar kertas seukuran A3, sepertinya bekas kalender dari jenis artpaper, dengan tulisan tangan memakai spidol permanen di sebaliknya. Weleh... pemandangan yang cukup kontras dengan performa kantor PA yang masih bau guntingan pita itu (maksudnya belum genap setahun diresmikan). Padahal di jeroan kantor itu terdapat banyak unit komputer baru (sepertinya hampir di tiap ruangan) lengkap dengan printer warnanya.
Oalah... harteknas gini masih manual? Apa kata dunia???

06 Agustus 2010

Biasakan Yang Benar

Membiasakan yang benar, jangan membenarkan yang biasa. Kalimat ini ane peroleh dari Ustadz Madi Mulyana, anggota DPRD I Jawa Tengah saat reses bulan kemaren. Waktu itu acara reses dimulai tepat jam 14.00 sesuai undangan, walaupun sebagian peserta -seperti biasanya- belum memenuhi kursi yang disediakan. Ane sendiri termasuk golongan orang-orang telat, sekitar 30 menit dari jadual. (Jadi tersindir nih...)
Bro & Sis,
Jika direnungkan, memang benar apa yang beliau katakan itu. Sering kita membenarkan molornya sebuah acara, karena dianggap jam karet adalah hal yang biasa. Padahal seharusnya tidak. Karena kewajiban kita lebih banyak dibanding waktu yang tersedia. Jadi efektifkanlah waktumu!
Dan banyak hal lain yang sudah biasa kita saksikan dan praktikkan, yang semestinya salah. Kebiasaan yang salah itu harus kita hentikan sekarang juga. Dan marilah kita mulai membiasakan hal-hal yang benar semisal: berhenti tepat di belakang garis marka saat lampu merah, tertib antrian di mana pun, tidak bersedia memberikan nota kosong, berkata jujur, dan masih banyak lagi yang lainnya... [bang haji Rhoma mode is on]

26 Juli 2010

Tradisi Nisfu Sya'ban di Pekalongan

Hari ini bertepatan dengan tanggal 15 Sya'ban 1431 Hijriyah. Artinya ini adalah hari Nisfu Sya'ban (pertengahan bulan Sya'ban). Ada tradisi menarik yang dilakukan masyarakat muslim Pekalongan pada hari ini, yaitu Khoul Akbar (berziarah ke makam ulama). Pengunjung dan pesertanya kebanyakan justru dari luar Pekalongan. Mereka datang berbus-bus, sehingga menyebabkan parkiran sepanjang Jalan Jendral Sudirman (Pantura). Karena akses jalan menuju lokasi Khoul ini hanya untuk pejalan kaki.
Dari Jl. Jend. Sud, belok ke arah Utara akan memasuki Jl. Irian, yakni jalan menuju kompleks makam Sapuro. Saat ini jalan Irian telah dipenuhi para pedagang kaki lima beraneka macam jenis dagangannya.
Walaupun even ini belum digarap secara formal oleh dinas pariwisata setempat, namun sudah secara otomatis menjadi destinasi para wisatawan ruhani dari berbagai kota.

24 Juli 2010

Setiap Kita Adalah Pemberani

Jundi asyik bermain api, tidak takut potensi bahayanya sedikit pun


Bro & Sis,
Ternyata, setiap kita adalah pemberani, lho! Tidak percaya? Lihatlah ketika kita masih kecil. Kita bebas bermain apa saja tanpa memikirkan potensi bahaya di baliknya. Setiap ekspresinya adalah natural bukan artifisial. Itulah fitrah!
Namun setelah beranjak dewasa, kebanyakan informasi yang menjejali otak kita adalah hal-hal yang menciutkan nyali kita. Jadilah kini, kita menjelma menjadi penakut dan pengecut. Kita melupakan fitrah kita.
Maka, jika kita ingin keluar dari krisis yang membebat kehidupan kita, mari bergegas kembali pada nilai-nilai fitrah. Insya Allah, badai 'kan segera berlalu...

23 Juli 2010

Aset itu Bernama: Anak

Irfan berakting a la pejuang kemerdekaan dengan "tebu runcing"nya. Latar belakang pembakaran limbah panen tebu, lokasi depan rumah.


Bro & Sis, lama nih nggak niliki blog... Mumpung ada momen HAN, pengin berceloteh sedikit tentang Anak.

Bicara tentang anak, angan saya nyangkut pada pepatah jawa kuno: 'banyak anak banyak rejeki.' Saya pikir-pikir, ternyata pepatah itu muncul dari sebuah semangat keislaman yang luar biasa. Betapa tidak, hal itu masuk dalam wilayah aqidah! Dalam aspek aqidah, seorang muslim harus mempercayai bahwa Allah SWT itu Maha Pencipta, Pemberi sekaligus Pengatur Rezeki. Dan -sesuai hadits nabi yang mengatakan bahwa- setiap anak telah ditulis baginya 4 perkara tatkala dia berumur 120 hari sejak terjadinya pembuahan: ajal, rezeki, jodoh dan nasibnya (lihat hadits arbain tentang penciptaan manusia). Itu artinya, rezeki tiap manusia sudah ada kavlingnya sendiri-sendiri, tidak mungkin saling tukar ataupun saling serobot. Orang tua hanya berperan sebagai fasilitator mengalirnya rezeki itu dari Allah SWT ke anak-anak kita.

Maka tidak mengherankan pada tahun-tahun awal terlibat dalam dunia tarbiyah, saya 'dikompori' untuk segera menikah dan memiliki banyak anak. Mengapa? Karena itu merupakan 'bukti' proses tarbiyah yang telah dijalani telah benar-benar berhasil mencelup aqidah kita. Wajarlah jika era itu menjadi era semangat nikah dini bagi para aktivis dakwah kampus. Bahkan kawan saya, seorang ketua Rohis yang belum usai kuliahnya dan belum memiliki penghasilan tetap pun berani menikah (kini dia telah siap mantu).

Anak adalah aset kita yang tak ternilai harganya. Apalagi bagi para aktivis dakwah, anak berarti mutarobbi (kader binaan) abadi yang jelas-jelas langsung akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah SWT. Maka sebagai aset, para orang tua berkewajiban membekalinya dengan aqidah yang lurus, pendidikan yang islami, sehingga potensinya akan berkembang dengan baik dan benar secara syar'i.

22 Maret 2010

Megono dan Teknologi

Bro & Sis,
Tahukah Anda, makhluk apakah “megono” itu? Megono adalah salah satu makanan khas dari Pekalongan. Terbuat dari buah nangka muda yang dicacah lembut dan diberi rempah-rempah untuk selanjutnya dimasak dengan cara dikukus. Biasanya megono berfungsi sebagai pelengkap, bukan makanan pokok. Namun walau demikian, bagi orang Pekalongan sarapan tanpa megono seraya makan sayur tanpa garam. Jadi walau fungsinya hanya sekedar pelengkap, namun kehadirannya adalah suatu keniscayaan. Bahkan saking urgennya, masyarakat Pekalongan sampai menyimbolkan sarapannya dengan STM, sego-tempe-megono.
Lantas, apa pula maksud judul posting ini? Hehe… ini sih just kidding aja. Biar kelihatan keren gitu. Gara-gara membaca berita di Republika Rabu (17/2/2010) yang berjuluk “Nokia dan Intel Hadang Microsoft cs.” Di sana ditulis bahwa pada pameran telepon genggam terbesar di dunia yang digelar di Barcelona, Spanyol, pada 15-18 Februari 2010, Nokia dan Intel meluncurkan produk bersamanya yang diberi nama MeeGo. Itu semacam platform sistem operasi baru pada smartphone untuk menyaingi Windows Mobile 7-nya Microsoft, Androidnya Google dan lainnya.
“Nokia dan intel berkongsi untuk meraih dominasi dalam bisnis piranti lunak smartphone di bisnis telekomunikasi dunia. Hal itu diwujudkan dalam merger yang dilakukan terhadap perangkat lunak Linux Maemo yang digunakan dalam ponsel tipe N900 dengan produk intel MOBLIN, yang juga beroperasi dalam sistem Linux guna menghasilkan platform baru mereka, MeeGo,” demikian paragraf penjelasnya.
Ane jadi tergoda untuk mengkhayalkan, jangan-jangan para CEO Nokia dan Intel pernah ‘terdampar’ di Pekalongan, dan sempat mampir di sebuah warungnya lantas mencicipi “kearifan lokal” di sana yang bernama megono itu tadi. Nah, saking berkesannya dengan makanan khas itu, mereka terinispirasi dengan fungsi strategis megono walau tampilannya sederhana. Maka diangkatlah “megono” yang 100% asli produk lokal Pekalongan, menjadi ikon platform baru mereka. Namun karena suku kata terakhirnya kurang mendukung (MeGo-NO), maka dihilangkanlah! Alih-alih mengganti MeGo-YES yang kurang marketable, lebih baik diambil “MeGo” nya saja. Dan biar lebih keren lagi ditulis: MeeGo!
Ini sekedar celoteh, lho!

17 Februari 2010

Selamat Ulang Tahun Irfan



Bro & Sis,
Hari ini, putra kelimaku, Irfan, genap berusia 3 tahun...
mohon do'anya, agar si gendut sholih ini kelak menjadi imam bagi ummat, yang senantiasa menegakkan kalimat Allah, dan menebar kebajikan dalam setiap desah nafasnya...

11 Februari 2010

Gara-Gara Semut!

Ini kisah petang tadi.
Irfan, anak kelimaku yang baru berusia 3 tahun, bermaksud menghabiskan jus jambu kemasan dus milik kakaknya. Tanpa pikir panjang, dia menghisap sedotan yang masih menghunjam dalam dus jus itu. Baru seteguk dia menyedot, tiba-tiba, "hoek... hoek..." Apa gerangan yang terjadi?
Ternyata di dalam sedotan itu telah menyusup seekor semut gula yang panjangnya kira-kira 4mm. Kontan dia menangis sejadi-jadinya dan memuntahkan seluruh isi perutnya. Padahal kondisi dia sedang demam, dan baru saja tadi saya berhasil menyuapi habis makan malamnya.
Namun kehebohan tidak berhenti sampai di situ. Ternyata sang semut masih menempel di larinxnya. Seperti spiderman menempel di karung tinju! Sementara Irfan tidak mau membuka mulutnya untuk kami "operasi" guna mengeluarkan sang teroris. Pun dia tidak mau minum air putih banyak-banyak seperti yang kami sarankan. Dia hanya mau menangis, hingga akhirnya tertidur kelelahan...
Oalah... gara-gara semut seekor, makan malamnya keluar semua. Saluran drainase kamar mandi mampet terkena muntahan dan kini dia tidur tanpa bekal makan yang cukup. Ya Allah... sembuhkanlah putraku... kembalikan predikat "gendut sholih"nya kepada kami... Amin...

09 Februari 2010

Menilik Fasilitas Hotspot Pemkot

Bro & Sis,

Melihat itikad baik Pemkot Pekalongan menjadikan Lapangan Mataram sebagai ruang publik yang memiliki fasilitas hotspot memang harus diacungi jempol. Apalagi pihak Telkom selaku penyedia jasa telah meneken kontrak untuk tidak memungut bayaran, alias fasilitas titik panas (baca: hotspot) ini betul-betul free bin gratis tis tis...

Namun ketika itikad baik itu tidak didukung perencanaan yang baik, kadang menimbulkan hal-hal yang menyebabkan itikad baik itu menjadi bias makna kebajikannya. Beberapa warga yang sempat mencoba memanfaatkan fasilitas itu sering mengeluhkan kekurangnyamanannya dalam berinternetria di Lapangan Mataram.

Tidak adanya tempat duduk yang memadai, pelindung di kala hujan dan panas dan akses catu daya PLN yang kurang, semua itu seolah menghapus 'pahala' niat baik pemkot. Maka, banyak yang mengusulkan agar di titik panas itu dibangun semacam gazebo atau peneduh dengan catu daya (lebih khusus, steker/colokan listrik), sehingga warga merasakan nyaman berselancar.

Memang, itu semua membutuhkan dana dan curahan pikiran yang tidak bisa dibilang ringan. Namun jika pemkot sungguh-sungguh ingin agar warganya menjadi melek teknologi, maka saya fikir investasi ini bukanlah sia-sia.

Mudah-mudahan energi positif yang dikeluarkan oleh para pihak yang berkompeten membuahkan kebajikan pula di kemudian hari...