26 Juli 2010

Tradisi Nisfu Sya'ban di Pekalongan

Hari ini bertepatan dengan tanggal 15 Sya'ban 1431 Hijriyah. Artinya ini adalah hari Nisfu Sya'ban (pertengahan bulan Sya'ban). Ada tradisi menarik yang dilakukan masyarakat muslim Pekalongan pada hari ini, yaitu Khoul Akbar (berziarah ke makam ulama). Pengunjung dan pesertanya kebanyakan justru dari luar Pekalongan. Mereka datang berbus-bus, sehingga menyebabkan parkiran sepanjang Jalan Jendral Sudirman (Pantura). Karena akses jalan menuju lokasi Khoul ini hanya untuk pejalan kaki.
Dari Jl. Jend. Sud, belok ke arah Utara akan memasuki Jl. Irian, yakni jalan menuju kompleks makam Sapuro. Saat ini jalan Irian telah dipenuhi para pedagang kaki lima beraneka macam jenis dagangannya.
Walaupun even ini belum digarap secara formal oleh dinas pariwisata setempat, namun sudah secara otomatis menjadi destinasi para wisatawan ruhani dari berbagai kota.

24 Juli 2010

Setiap Kita Adalah Pemberani

Jundi asyik bermain api, tidak takut potensi bahayanya sedikit pun


Bro & Sis,
Ternyata, setiap kita adalah pemberani, lho! Tidak percaya? Lihatlah ketika kita masih kecil. Kita bebas bermain apa saja tanpa memikirkan potensi bahaya di baliknya. Setiap ekspresinya adalah natural bukan artifisial. Itulah fitrah!
Namun setelah beranjak dewasa, kebanyakan informasi yang menjejali otak kita adalah hal-hal yang menciutkan nyali kita. Jadilah kini, kita menjelma menjadi penakut dan pengecut. Kita melupakan fitrah kita.
Maka, jika kita ingin keluar dari krisis yang membebat kehidupan kita, mari bergegas kembali pada nilai-nilai fitrah. Insya Allah, badai 'kan segera berlalu...

23 Juli 2010

Aset itu Bernama: Anak

Irfan berakting a la pejuang kemerdekaan dengan "tebu runcing"nya. Latar belakang pembakaran limbah panen tebu, lokasi depan rumah.


Bro & Sis, lama nih nggak niliki blog... Mumpung ada momen HAN, pengin berceloteh sedikit tentang Anak.

Bicara tentang anak, angan saya nyangkut pada pepatah jawa kuno: 'banyak anak banyak rejeki.' Saya pikir-pikir, ternyata pepatah itu muncul dari sebuah semangat keislaman yang luar biasa. Betapa tidak, hal itu masuk dalam wilayah aqidah! Dalam aspek aqidah, seorang muslim harus mempercayai bahwa Allah SWT itu Maha Pencipta, Pemberi sekaligus Pengatur Rezeki. Dan -sesuai hadits nabi yang mengatakan bahwa- setiap anak telah ditulis baginya 4 perkara tatkala dia berumur 120 hari sejak terjadinya pembuahan: ajal, rezeki, jodoh dan nasibnya (lihat hadits arbain tentang penciptaan manusia). Itu artinya, rezeki tiap manusia sudah ada kavlingnya sendiri-sendiri, tidak mungkin saling tukar ataupun saling serobot. Orang tua hanya berperan sebagai fasilitator mengalirnya rezeki itu dari Allah SWT ke anak-anak kita.

Maka tidak mengherankan pada tahun-tahun awal terlibat dalam dunia tarbiyah, saya 'dikompori' untuk segera menikah dan memiliki banyak anak. Mengapa? Karena itu merupakan 'bukti' proses tarbiyah yang telah dijalani telah benar-benar berhasil mencelup aqidah kita. Wajarlah jika era itu menjadi era semangat nikah dini bagi para aktivis dakwah kampus. Bahkan kawan saya, seorang ketua Rohis yang belum usai kuliahnya dan belum memiliki penghasilan tetap pun berani menikah (kini dia telah siap mantu).

Anak adalah aset kita yang tak ternilai harganya. Apalagi bagi para aktivis dakwah, anak berarti mutarobbi (kader binaan) abadi yang jelas-jelas langsung akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah SWT. Maka sebagai aset, para orang tua berkewajiban membekalinya dengan aqidah yang lurus, pendidikan yang islami, sehingga potensinya akan berkembang dengan baik dan benar secara syar'i.