29 Mei 2011

Secuil Kisah Akhir Hayat Ustadzah Yoyoh Yusroh

[sumber dari akhi Sahal, staff ust. Anis Matta]

Hari itu, ustadzah Yoyoh Yusroh, suaminya ustadz Budi Darmawan beserta putranya yang lain dan seorang supir menempuh perjalanan pulang ke Depok. Keluarga berbahagia itu baru saja menyempurnakan kebahagiaan dan rasa syukurnya dengan menghadiri wisuda putranya di UGM Yogyakarta. Masih dalam suasana penuh syukur itu, mereka menyempatkan berbagi kebahagiaan dengan mengunjungi besannya di Solo sebelum melanjutkan perjalanan pulang.
Subhanallah, rupanya Allah SWT sedang mencurahkan rahmatnya yang Maha Banyak pada keluarga pejuang dakwah itu. Karena pada hari itu juga khadimat mereka melangsungkan pernikahan di Tegal. Karenanya dalam perjalanan pulang itu mereka maraton silaturahim ke orang-orang terkasihnya. Usai dari Solo langsung meluncur ke Tegal untuk menghadiri walimah sang khadimat. Rasa lelah dalam perjalanan terhapus oleh curahan kebahagiaan.
Namun karena ada kewajiban mengisi halaqoh di Depok, ustadzah Yoyoh berkeinginan langsung pulang, tidak transit di Tegal. Subhanallah, dalam situasi yang mungkin kebanyakan kita akan dengan enteng beralasan untuk tidak menghadiri majelis liqo, beliau malah masih sempat memikirkannya (bhs Jawa: keron). Sebuah wujud komitmen seorang pejuang dakwah yang musti kita tiru: liqo' must go on, seperti apapun keadaannya!
Karena perjalanan yang melelahkan itu, sopir mengantuk. Sehingga di tengah perjalanan, posisinya digantikan putra beliau. Rupanya di sinilah takdir menjemput. Pada sebuah tikungan tajam di sudut Cirebon, musibah mengenaskan itu pun terjadi. Ketentuan Allah memang haruslah berlaku, walau kita tak menginginkannya.
Ustadzah Yoyoh dan suaminya terluka parah, juga para penumpang yang lain. Dengan tertatih sang suami menghampiri ustadzah Yoyoh. Apa yang dikatakan beliau? Beliau membisikkan sepenggal kalimat, "Bi, umi sudah sakaratul maut..." Dalam kepayahan menahan sakitnya sang suami tetap membesarkan hati istrinya. Sepanjang perjalanan evakuasi ke rumah sakit beliau terus menerus melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an, dan di sela itu dengan bacaan syahadat. Berulang-ulang...
Tiga puluh menit usai penggal kalimat terakhir itu, beliau pun menghembuskan nafas terakhir. Rupanya kalimat itu menjadi kalimat perpisahan untuk sang suami tercinta. Beliau pulang ke rahmatullah dengan senyum kemenangan dan kepuasan.
Ikhwah fillah, jama'ah ini bukanlah tempat berkumpulnya malaikat. Ini adalah jama'ah manusia dengan segala sisi kemanusiaannya. Namun, dalam jama'ah inilah sosok wanita sederhana tersebut dapat berubah menjadi sosok wanita sholihah dan pejuang dakwah yang luar biasa. Kita kudu meneladaninya...
Selamat jalan ustadzahku... Allahu yarham wahai guruku yang mulia...

***

Berita terkait beliau, dapat disimak di:

26 Mei 2011

Goyang Bensin

Bro & Sis pernah lihat, di pom bensin orang beli bensin full tank dengan menggoyang-goyangkan sepeda motornya? Maksudnya mungkin agar bensinnya madet sehingga kapasitas tankinya maksimal. Orang itu pasti melupakan pelajaran fisika dasar di SD dulu. Lha wong benda cair kok disamakan dengan benda padat... Hehe.. ada-ada saja tuh orang

23 Mei 2011

Ada Masanya Datang, Ada Masanya Pergi

Dulu, awal-awal pulang kampung Pekalongan, ane membayangkan, sungguh asyik rasanya banyak temen yang bergabung dengan jamaah tarbiyah ini. Alhamdulillah, seiring beringsutnya waktu, satu-satu ane jumpai teman-teman mulai menaiki "perahu" ini.
Hingga "pertarungan-pertarungan" kecil di kota tercinta ini mewarnai perjuangan ikhwah sekalian. Asyik. Bisa dibilang tidak ada dukanya. Walaupun kadang sampai larut malam bahkan harus begadang sampai pagi untuk tlusupan ke kampung-kampung hanya untuk mendirikan sebuah Ranting. Suasana rahat khas Pekalongan mewarnai "perjuangan" kecil ini. Alhamdulillah, nikmat Allah ini demikian besarnya. Liqo'-liqo' bermunculan di mana-mana. Pekalongan seperti menemukan jati dirinya yang telah lama hilang.
Dan panggilan "akhi", "ukhti" mulai akrab di telinga kita. Manisnya persaudaraan mulai bisa kita rasakan. Walau kadang ada friksi kecil di sana-sini, tapi itu tak mengurangi penghayatan materi "ukhuwah islamiyah" yang kita santap di liqo. Itulah romantika...
Hingga "pertarungan" besar pun mulai menghiasi perjuangan ini. Buahnya mulai ranum dan bisa dipetik. Satu-satu DPD mulai punya corong di mimbar parlemen. Bahkan musyarokah di tataran eksekutif pun mulai menampakkan hasilnya. Tarbiyah semakin greget, ikhwah semakin bertambah...
Ane sempat bergumam, kebersamaan ini pastilah tidak kekal. Siapa gerangan yang pertama akan "pergi" ya? Bukan karena hengkang dari jalan dakwah, melainkan dipanggil ke hadapanNya.
Walau sudah sunnatullah, kekagetan tetaplah ada. Begitu mendengar kabar akhina Wildan (allahuyarham) dipanggilNya dengan jalan kecelakaan tunggal di Subah, Batang Jum'at siang itu, rasa tidak percaya itu menyeruak. Cukup miris, karena dalam musibah itu sekaligus 2 nyawa melayang, beliau memboncengkan putra pertamanya (yang kebetulan angkatan pertama SDIT Ulul Albab, satu kelas dengan putri pertamaku). Apalagi mengingat almarhum meninggalkan anak-anak yang masih kecil, masih butuh banyak biaya untuk menuntaskan pendidikannya.
Tak berapa lama kudengar akhina Rosyid, mutarobbi (binaan)ku yang paling aktif dan antusias ini pun pergi menghadapNya dengan cara yang mirip. Diseruduk truk di perempatan Kalisari Batang pada sebuah sore, dalam perjalanan pulang dari Semarang. Almarhum usai menjaga ayahnya yang sedang dirawat di RS Kariadi Semarang, hendak pulang bergantian dengan sang kakak. Namun Allah punya rencana lain. Kita musti mengikhlaskannya. Masih terbayang olehku, senyum khasnya kala kutawari untuk segera nikah.
Kemudian sms mengagetkan itu datang lagi. Jelas tertera di sana nama Iwan Ketan, seorang pakar hypnoterapi, dia mutarobbi (binaan) dari temenku. Beberapa hari sebelumnya masih sempat berbalas komentar di akun Facebook-ku. Namun mata ini seolah tidak mau mempercayainya. Tapi apa boleh dikata, Allah berkehendak memanggilnya kembali. Padahal istrinya baru sepekan melahirkan putra keduanya. Selamat jalan sahabatku...
Dan kemarin kita masih dikagetkan dengan kepergian guru kita, ustazah Yoyoh Yusroh. Beliau dalam perjalanan pulang dari wisuda putranya di Yogya. Musibah terjadi di Cirebon, satu keluarganya terkena semua, suami dan putra-putrinya di mobil itu.
Allah, terimalah amal sholih mereka semua, ampunilah dosa-dosa mereka, dan tempatkanlah mereka di SurgaMu. Allah, jadikan kami tetap istiqomah di jalan dakwah ini, dan jadikan hidup kami bermakna bagi sesama. Taufik, maghfiroh dan hidayahMu senantiasa kami pinta.
Temans, SMS-SMS "mengagetkan" seperti ini pasti akan mulai kita terima. Memang, kematian selalu datang mengagetkan, tidak hanya bagi yang ditinggal, tapi juga bagi yang akan menghadap. Karenanya, marilah kita siapkan bekal itu...

18 Mei 2011

Citra Garden Pekalongan

Wow... Grup Ciputra pertama kali ekspansi di tingkat Kabupaten nih! Berani-beraninya dia mengembangkan perumahan elit di Pekalongan ya? Pasti ada apa-apanya, pikirku. Coba lihat, area 10 hektar itu berada di daerah rob, sebelah utara SMA 2 Pekalongan, berhadapan dengan pabrik Sampurna (Mitra Pelinting Sigaret).
Mungkin hampir 100% orang Pekalongan akan enggan tinggal di daerah itu. Bayangkan saja, walaupun rumahnya bagus, tapi lantainya amis dan becek, siapa mau? Belum lagi jalanan menuju ke sana, langganan rob.
Nah, di sinilah rupanya kekuatan Grup Ciputra. Sepertinya mereka ahli di bidang tanah-tanah bermasalah seperti ini. Tengoklah proyek mereka di Kalimantan. Konon mereka berani membuka lahan di tanah batu bara. Sekarang lahan itu sudah hijau royo-royo. Bayangkan kenekatannya: untuk menanam satu pohon seharga 25.000,- mereka butuh biaya tambahan untuk tanah dan lain-lain tiga kali lipatnya! Namun hasilnya jelas sekali kelihatan, daerah yang tadinya tidak dilirik orang, kini menjadi dambaan setiap insan.
Dan untuk kota Pekalongan, ane yakin tidak hanya itu. Mereka pasti sudah survei ada nilai tertentu di luar proyek ini. (yang saat ini ane belum tahu, keuntungan apakah ini?)

07 Mei 2011

Hukum 10.000 Jam

Bro & Sis pernah dengar judul di atas? Yuk kita simak tulisan Dr. Meliala ini.

Apa persamaan yang dimiliki para pemain kelas dunia, baik pemain musik, pencipta lagu, penulis, bahkan pelaku kriminal? Hukum 10.000 Jam!

Angka ajaib 10.000 jam adalah rata-rata waktu yang dihabiskan untuk berlatih dalam pencapaian kelas dunia. Banyak buku yang mempopulerkan Hukum 10.000 jam, namun istilah itu pertama kali dikemukakan oleh Anders Ericsson, seorang psikolog yang meneliti keberhasilan para pemain biola di Berlin Academy of Music. Dia menemukan bahwa para pemain biola yang penampilannya terbaik berlatih paling banyak dibanding kelompok terbaik kedua, dan seterusnya kelompok kedua berlatih lebih banyak daripada
yang terendah.

Mozart, diperkirakan, pada usianya yang ke-6 telah berlatih musik selama 3.500 jam di bawah bimbingan ayah kandungnya. Demikian pula pecatur prodigy Bobby Fischer berlatih keras selama 9 tahun sebelum meraih level grandmaster di usia 17.

10 ribu jam sama dengan berlatih 3 jam sehari selama 10 tahun. Waktu yang nampaknya cukup lama, oleh karena itu langkah pertama sangat penting: temukan apa yang anak/anda sukai.

02 Mei 2011

Baru Nyadar...

Sejak pertama ngeblog pakai Blogger ini, jujur baru kali ini keluyuran hingga ke menu-menu pengaturan yang cukup "tersembunyi". Biasanya paling hanya menggunakan menu "Posting" dan "Edit Entry" saja. Jalan-jalan ini membawaku sampai ke menu statistik. Wow... ternyata dari data statitstik yang ada, blog ini pernah dikunjungi (minimal dilirik) oleh orang-orang seantero dunia lho. Jujur saja, kukira blog tidak penting ini paling ya tidak ada yang berkunjung. Toh hanya curahan lintasan pikiran yang tidak bermanfaat bagi orang lain, pikirku.
Namun ternyata data statistik Google mengejutkanku. Mulai dari berbagai cara dan sumber orang lain melihat blog ini hingga asal negaranya. Berikut secuil contoh yang membuatku terperangah... hehe...
Dari Negara manakah mereka itu? Ini dia jawabnya...

Pilkada Kabupaten Pekalongan

Awalnya tidak berharap bisa ikut nyoblos di Podo, karena sejak pindah Juli lalu belum pernah sowan pak RT (kebangetan ya?). Eh, tapi kan sudah pernah ketemu pak RT di jama'ah Yasin.. hehe... membela diri nih. Pikir ane, tak apalah tidak bisa nyoblos di Kabupaten Pekalongan, toh aktivitas ane di Kota Pekalongan dan kemaren ikut nyoblos di pilkada kota.
Alhamdulillah, jelang H-3 pencoblosan ada tetangga yang jadi anggota KPPS mengantarkan dua lembar undangan pemilih atas nama ane dan istri. Tapi rupanya beliau lupa nyangking Kartu Pemilih yang berwarna biru itu. Katanya mau diantarkan lagi nanti.
Namun ditunggu-tunggu tak kunjung diantar. Oh, berarti ane harus silaturahim ke rumah beliau nih. Baiklah, maka malam pencoblosan ane mampir ke sana dan akhirnya kudapatkan 2 lembar kartu biru itu.
Maka, ahad 1 Mei 2011 ini, ane bismillah.... pergi ke TPS 02 Podo dan menunaikan hak kewarganegaraan ane... Sip... Coblos si nomer 4 ADIL (Antono - Fadila Arafik).
Sorenya kuketahui pasangan ini menang telak: 200an suara. Sementara incambent hanya 100an suara. Alhamdulillah, semoga ini menjadi titik tolak kemenangan dakwah di kabupaten Pekalongan. Semoga para ikhwah dapat mengoptimalkan musyarokah ini sehingga kab. Pekalongan lebih sejahtera...