23 Mei 2011

Ada Masanya Datang, Ada Masanya Pergi

Dulu, awal-awal pulang kampung Pekalongan, ane membayangkan, sungguh asyik rasanya banyak temen yang bergabung dengan jamaah tarbiyah ini. Alhamdulillah, seiring beringsutnya waktu, satu-satu ane jumpai teman-teman mulai menaiki "perahu" ini.
Hingga "pertarungan-pertarungan" kecil di kota tercinta ini mewarnai perjuangan ikhwah sekalian. Asyik. Bisa dibilang tidak ada dukanya. Walaupun kadang sampai larut malam bahkan harus begadang sampai pagi untuk tlusupan ke kampung-kampung hanya untuk mendirikan sebuah Ranting. Suasana rahat khas Pekalongan mewarnai "perjuangan" kecil ini. Alhamdulillah, nikmat Allah ini demikian besarnya. Liqo'-liqo' bermunculan di mana-mana. Pekalongan seperti menemukan jati dirinya yang telah lama hilang.
Dan panggilan "akhi", "ukhti" mulai akrab di telinga kita. Manisnya persaudaraan mulai bisa kita rasakan. Walau kadang ada friksi kecil di sana-sini, tapi itu tak mengurangi penghayatan materi "ukhuwah islamiyah" yang kita santap di liqo. Itulah romantika...
Hingga "pertarungan" besar pun mulai menghiasi perjuangan ini. Buahnya mulai ranum dan bisa dipetik. Satu-satu DPD mulai punya corong di mimbar parlemen. Bahkan musyarokah di tataran eksekutif pun mulai menampakkan hasilnya. Tarbiyah semakin greget, ikhwah semakin bertambah...
Ane sempat bergumam, kebersamaan ini pastilah tidak kekal. Siapa gerangan yang pertama akan "pergi" ya? Bukan karena hengkang dari jalan dakwah, melainkan dipanggil ke hadapanNya.
Walau sudah sunnatullah, kekagetan tetaplah ada. Begitu mendengar kabar akhina Wildan (allahuyarham) dipanggilNya dengan jalan kecelakaan tunggal di Subah, Batang Jum'at siang itu, rasa tidak percaya itu menyeruak. Cukup miris, karena dalam musibah itu sekaligus 2 nyawa melayang, beliau memboncengkan putra pertamanya (yang kebetulan angkatan pertama SDIT Ulul Albab, satu kelas dengan putri pertamaku). Apalagi mengingat almarhum meninggalkan anak-anak yang masih kecil, masih butuh banyak biaya untuk menuntaskan pendidikannya.
Tak berapa lama kudengar akhina Rosyid, mutarobbi (binaan)ku yang paling aktif dan antusias ini pun pergi menghadapNya dengan cara yang mirip. Diseruduk truk di perempatan Kalisari Batang pada sebuah sore, dalam perjalanan pulang dari Semarang. Almarhum usai menjaga ayahnya yang sedang dirawat di RS Kariadi Semarang, hendak pulang bergantian dengan sang kakak. Namun Allah punya rencana lain. Kita musti mengikhlaskannya. Masih terbayang olehku, senyum khasnya kala kutawari untuk segera nikah.
Kemudian sms mengagetkan itu datang lagi. Jelas tertera di sana nama Iwan Ketan, seorang pakar hypnoterapi, dia mutarobbi (binaan) dari temenku. Beberapa hari sebelumnya masih sempat berbalas komentar di akun Facebook-ku. Namun mata ini seolah tidak mau mempercayainya. Tapi apa boleh dikata, Allah berkehendak memanggilnya kembali. Padahal istrinya baru sepekan melahirkan putra keduanya. Selamat jalan sahabatku...
Dan kemarin kita masih dikagetkan dengan kepergian guru kita, ustazah Yoyoh Yusroh. Beliau dalam perjalanan pulang dari wisuda putranya di Yogya. Musibah terjadi di Cirebon, satu keluarganya terkena semua, suami dan putra-putrinya di mobil itu.
Allah, terimalah amal sholih mereka semua, ampunilah dosa-dosa mereka, dan tempatkanlah mereka di SurgaMu. Allah, jadikan kami tetap istiqomah di jalan dakwah ini, dan jadikan hidup kami bermakna bagi sesama. Taufik, maghfiroh dan hidayahMu senantiasa kami pinta.
Temans, SMS-SMS "mengagetkan" seperti ini pasti akan mulai kita terima. Memang, kematian selalu datang mengagetkan, tidak hanya bagi yang ditinggal, tapi juga bagi yang akan menghadap. Karenanya, marilah kita siapkan bekal itu...