16 Agustus 2008

Mukernas Makassar [01]

Bersama ikhwah Papua: Hadi Santoso, Radi Nurhamidin & Muin (aleg)


Bro & Sis,
Alhamdulillah, pada Mukernas di Makassar yang lalu ane berkesempatan hadir (karena ketua DPD berhalangan, ane yg didapuk mewakili). Kesempatan ini tentu saja ane manfaatkan sebaik-baiknya.
Sebelum berangkat, ane siapkan senjata andalan: Handycam Sony DCR TRV285E asset DPD, kaset Hi-8 sebanyak 12 biji, baterai bawaan + cadangan, tripod, charger tambahan dan tentu saja seransel kelengkapan pribadi disamping beberapa lembar data (yg biasanya diminta struktur pd momen2 spt ini plus surat mandat tentu).
Berdua akh Amirudin, kami meluncur dari kota Pekalongan Ahad (20/07) jam 08.00 ke Semarang. Dari sana bertolak by bus ke Surabaya. Perjalanan yang melelahkan pada etape pertama ini karena jalanan macet dan armada bus yg kami tumpangi sudah tak laik jalan. Akhirnya kami tiba di terminal surabaya jam 8 malam. Salah seorang famili akh Amir telah siap menjemput. Alhamdulillah, malam itu ane bisa selonjor di rumah adiknya akh Amir.

Senin (21/07) menjelang subuh kami sudah siap-siap. Terpaksa menolak sarapan (eh, makan sahur kali?) karena perut belum bisa kompromi bila suasana hati "under pressure" begini. Kebiasaan burukku jika menghadapi momen yang cukup bikin senewen, nafsu makan jadi ilang. Diantar pake suzuki carry-nya, kami meluncur ke bandara Juanda di tengah pagi buta benderang jalanan Surabaya.
Hm.... Bandara Juanda layaknya 'milik' PKS, utamanya mushollanya. Di sana-sini terlihat wajah-wajah lelah sumringah orang-orang muda berjenggot. Lihat tuh, pak Madi sudah teriak-teriak membagikan tiket pesawat, sementara pak Prap bagi-bagi amplop. Angpao? Bukan. Cuma selembar 'surat sakti' untuk menembus 'barikade' panitia Mukernas. Amplop kubuka, tertangkap mataku di bawah logo PKS yang belum dikasih nomor 8, sederet huruf times new roman bold 16 point: SURAT MANDAT. O-o... Namaku berganti jadi Nuryadi (wah rugi nih, nama kerenku jadi kampungan gini. Hehe.... Apalah artinya sebuah nama di Surat Mandat, kilah pak Prap. Husy, sembarangan ente! Bisa merusak tatanan peradaban lho. Hehe...)
Untungnya ane dan pak Amir menyempatkan mandi tadi. Sehingga bisa mengurangi polusi pemandangan di ruang tunggu pagi itu. Bayangkan, ratusan kader PKS siap terbang dengan Merpati, belum pada mandi! Yah... walaupun wajah-wajah mereka memancarkan 'aura kesenangan' --karena rata-rata baru mau berpengalaman naik plane-- tetap saja bekas kelelahan perjalanan darat itu kelihatan.
Jam 6 tepat Merpati yang kami tumpangi mulai merayapi landasan pacu. Dan beberapa saat kemudian kami telah melayang di udara. Perjalanan Surabaya-Makassar ditempuh 1 jam 15 menit.

Udara masih sejuk saat kami menginjakkan kaki di Makassar. Panitia penjemput telah siap di gate utama. Kami langsung diarahkan ke bus yang akan mengantarkan kami ke hotel.
O ya, beberapa hari yang lalu ane sempat browsing situs Hotel Clarion, tempat Mukernas ini berlangsung. Tujuannya mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang hotel ini dan Makassar pada umumnya. Antum tahu tarifnya? US$ 83 per malam per orang! Atau hampir Rp 800.000! Bagi ane, ini sebuah ongkos yang mahal untuk sekedar numpang tidur. Lantas berapa milyarkah dana penyelenggaraan acara ini ya? Antum hitung sendiri lah. Jika tiap DPD mengirim 3 orang utusannya dan 8 orang untuk DPW. Ditambah personel panitia dan lain-lain. Mbuh ah, dihitung sendiri!
Ane mengira semua peserta akan tidur dengan ongkos US$ 83 tadi. Ternyata tidak. Kami -rombongan dari Jawa Tengah- ditempatkan di Hotel Grand Wisata, yang letaknya 30 menit perjalanan bus dari Hotel Clarion dan 200 meter dari tepi Pantai Losari, sang ikon Makassar itu.
Setelah pembagian kamar, ane dan akh Amir dapat kamar 215 di lantai 3. Langsung saja kami tempatkan barang-barang di kamar dan bergegas mengejar jam brekfast. Menurut tulisan di kupon kamar, breakfast time adalah jam 6 sampai 10. Dan waktu itu jam di hapeku menunjuk angka 09.50. Pikirku masih terkejar nih. Cepat-cepat kami menuruni tangga (belum orientasi medan, jadinya belum tahu letak liftnya) menuju breakfast room. Lho? Kok sudah kukutan? Oalah... ternyata jam disini 10.50, pantas saja. Kami lupa bahwa Makassar sudah beda zona. Akhirnya dengan langkah gontai, kami terpaksa keluar hotel 'mencari hidup' sendiri-sendiri. Hehe...
Panitia sepertinya terlihat belum siap. Sudah 4 jam sejak tiba di hotel ini, kami belum mendapat manual acara apalagi kit mukernas. Boro-boro kok itu, informasi kapan Acara Pembukaannya saja belum kami dapatkan. Baru sejam kemudian ada info bahwa acara akan dimulai habis isya'. Untuk mengisi jeda waktu, ane mengajak beberapa ikhwah untuk jalan-jalan ke pantai Losari



Diapit Kepanduan, Supriyadi dan Rizal



(bersambung aja yah....)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah mampir...