05 Januari 2011

Asyiknya Mukhoyam di Merapi

Sehabis kerja bakti bikin bendungan bareng warga, Regu Kalong mejeng sejenak.
Kepala sukunya yang bawa sekop oranye tuh...

Bro & Sis
Masih tentang Merapi nih. Ceritanya pada 24-26 Desember lalu, ane dan temen-temen kader lain yang belum ikut Mukhoyam Pandu Keadilan Menengah I tahun 2010 kudu berangkat. MPKM putaran akhir di tahun 2010 itu diikuti 358 kader dari berbagai wilayah Jawa Tengah, bertempat di tiga kecamatan lereng Merapi, kab. Magelang. Dari sejumlah itu, peserta dibagi menjadi 3 grup yang terdiri dari beberapa regu beranggotakan 15-17 orang.
Kebetulan ane didapuk jadi salah satu kepala suku nih, nama regunya "Kalong" (karena dari 17 anggota, 7 berasal dari Kota Pekalongan, 3 dari Kab. Pekalongan, 1 dari Kab. Batang ditambah 3 dari Tegal dan 3 lagi dari Kota Semarang). Kami memilih ditempatkan di dusun Gowok Ringin, Kelurahan Sengi, Kec. Dukun, Kab. Magelang, yang merupakan dusun tertinggi --berjarak 8 km dari puncak Merapi-- di antara dusun lain tempat MPKM ini diselenggarakan.
Kondisi umum, pembersihan sudah dilaksanakan oleh warga dan relawan sebelum kami datang, sehingga relatif sarana transportasi sudah lancar. Keluhan utama warga adalah masalah pengadaan air bersih. Karena akibat erupsi kemarin banyak sumber air dan infra struktur pipa saluran air bersih milik warga yang berada di sepanjang kali Telingsing hilang tersapu banjir lahar dingin. Akibatnya bisa ditebak, air menjadi barang mewah di sana. Untungnya kami sudah terlatih mandi kucing dalam situasi seperti ini. Jadi, relatif no problem lah.
Tapi, alhamdulillah-nya, rumah pak kadus (yang jadi basecamp kami), berlimpah air bersih, karena suplai air bersihnya dari sungai sebelah utara dusun. Sementara sungai Telingsing yang membelah selatan dusun ini kondisinya full material vulkanik. Jadi, di sanalah tempat yang tepat bagi antum yang pengin panen pasir kualitas premium dan batu gunung asli.
Ane menyebut mukhoyam kali ini sebagai "Mukhoyam Bintang Lima". Betapa tidak, pakemnya mukhoyam itu ya: 3 hari tidak mandi, tiap saat mesti waspada alias kudu pasang kuping, sewaktu-waktu peluit dari para trainer membelah angkasa dan kudu mau disuguhi cemilan khas: push-up, sit-up, lari dan sejenisnya!
Tapi sungguh, mukhoyam kali ini berbeda 180 derajat. Kami bisa mandi 3 kali sehari kalau mau (praktiknya sih sekali saja, itu pun rada dipaksakan saking dinginnya). Tidur juga sangat pulas tanpa khawatir mimpi indah kami terobek bunyi peluit. Bahkan kehangatan tidak hanya merasuki tubuh kami, tapi juga sleeping bag kami juga ikut merasakan kehangatan (lha wong tidurnya di dalam rumah, beralas tikar didobel matras, eh masih pake sleeping bag lagi, apa gak melebihi hotel tuh?). Belum lagi logistiknya (walau sering telat suplainya), kami tak perlu repot-repot ngrokoti akar ilalang dan dedaunan hutan, pun tak harus melahap belalang dan ayam mentah. Semuanya sudah cemawis, masih ditambah bonus klethikan dan lauk (opor ayam bro!) dari pak kadus, wuih mantep!
Sudah inputnya demikian jossnya, outputnya kami cuma suruh membaur warga: kerja bakti bikin bendungan sederhana dan ngangkuti batu/tanah bikin jalan setapak ke arah sungai. Malamnya paling suruh jalan-jalan mengakrabi warga, bertandang dari satu rumah ke rumah sebelah. So pasti, nyamikan dan teh panas --bahkan pernah kopi-- menemani.
Ada yang berpendapat, inilah the real mukhoyam, haha... ada-ada saja. Tapi ane setuju juga sih. Paling tidak, dampak mukhoyam model begini semuanya positif. Akseptabilitas warga terhadap PKS meningkat, kita juga mengerjakan hal-hal riil, kasat mata dan langsung terasa hasilnya. Trus, (ini nih yang vital) para kader juga tidak terserang diare dadakan ketika dengar taklimat mau ada mukhoyam!

1 komentar:

  1. subhanallah...seru banget mukhoyamnya,,,,jadi amu ikut akh..

    mohon doanya besok kader Kutim kaltim juga mukhoyam...
    semoga semuanya lancar...

    salam kenal. ana burhanudin from kalimantan timur

    BalasHapus

Terima kasih telah mampir...