22 September 2011

'Ak, Aem, Nyam-nyam...

"Aak...ak...," kataku sambil menyorongkan sesendok nasi plus irisan telur ke mulut anakku, Irfan (4th). Kedua bibirnya terkatup rapat. Masih kurang cukup, ia menggeleng-gelengkan kepalanya ketika tanganku terus berusaha mengarah ke mulutnya. Hanya sendok pertama yang mulus tanpa perlawanan, sendok-sendok berikutnya dibutuhkan 'pergulatan' yang cukup seru.

Beginilah ane mengawali pagi ini dengan anak kelimaku yang masih duduk di bangku TK. Bro & Sis tentu maklum 'kan, jika kami rada memaksa anak-anak untuk menghabiskan sarapannya. Karena manfaat sarapan yang sangat besar bagi kesiapan anak beraktifitas seharian di sekolah. Bagaimana jadinya seorang bocah yang berangkat sekolah dengan perut kosong? Apalagi untuk anak usia balita. Jadi, satu sisi tindakan 'kekerasan' dalam penyuapan ini harap dimaklumi. Maksudnya keras alias bersikukuh harus menghabiskan sarapannya, hehe...

Jujur saja, yang bermasalah dalam kasus ini ya kami ini, selaku orang tuanya. Karena sebelum jam 7 pagi sang kakak sudah harus tiba di sekolah, jika tak ingin kena 'semprit' dari pihak sekolah. Belum lagi, persiapan kami sendiri untuk beraktifitas seharian ini. Dan waktu take off dari rumah tinggal 2 menit lagi, sementara Irfan belum merampungkan sarapannya. Penginnya kami, 'ak' terus 'aem' dan 'nyam-nyam' dengan lancar, seperti hari-hari sebelumnya (huu... maunya!).

Eh, bicara soal suap-menyuap ane jadi ingat berita di TV pagi ini. Konon KPK berhasil menetapkan tersangka dalam kasus suap pembangunan wisma atlet tuh. Weleh... ane jadi kepikiran, kok mesti dalam kasus suap-menyuap ini, yang diuber-uber hanya penyuapnya saja to? Lha mbok yang disuap itu juga dikosek gitu lho, biar adil. Bukankah proses suap itu mesti ada dua pihak di dalamnya: pelaku suap dan yang menerima suap? Jadi menurut hemat ane, kalau pengin membersihkan perilaku menyimpang ini harus dua-duanya diuber. Ya penyuapnya, ya yang menerima suap juga kudu dihukum. Coba pikirkan, andai semua pejabat negeri ini berani dan keukeuh menolak suap, pasti orang-orang yang doyan menyuap itu akan kebingungan dengan sendirinya. Lha mau nyuap siapa coba, wong semua pejabatnya anti suap? Betul tidak?

Eh, Irfan! Mau kemana kau? Jangan lari, Nak! Sini, sarapannya dihabiskan... Irfaaan...(aarrgh... sudah hampir jam 7)