16 September 2011

Mantenan dan Etos Kerja

Wuih, judulnya muantep tenaan... Padahal isinya gak sesangar itu lho. Ane cuma mau berceloteh yang ringan aja. Gini, di kampung ane, musim syawalan (pasca lebaran) ini 'kan lagi musimnya orang punya gawe. Undangan walimahan (walimatul 'ursy alias walimah nikah) sampe setumpuk tuh.
Nah, yang menarik perhatian ane dari prosesi walimahan ini adalah MC-nya. Ya, si pengatur acara ini biasanya setelah membuka dan membacakan susunan acaranya, maka dia akan bilang "selanjutnya acara akan berjalan secara otomatis."  Ternyata tidak cuma komputer aja ya, yang bisa diotomatisasi, hehe... Jadi begitulah, usai sang MC membuka dan berjalan mata acara pertama (biasanya dengan membaca Surat Al Fatihah), acara akan bergulir otomatis. Bahkan para petugas, baik pembaca (Qori') tilawah Al Qur'an, sang Khotib (biasanya dirangkap) dan petugas pencatat nikah dan yang lain-lain sudah faham urutannya.
Weleh, enak bener tuh MC. Kerjanya di awal doang, padahal "bayarannya" penuh, hehe...Ane kuatirnya, pekerjaan-pekerjaan lain di luar MC nikahan akan ikut-ikutan. Jadi maunya kerjanya sedikit aja, tapi komisinya penuh. Maka Bro & Sis tidak usah heran kalau di negeri ini banyak orang kaya tanpa kerja nyata.
Sekarang tinggal kita mau tidak, negeri ini kembali ke skenario awal, yaitu untuk menjadi negeri yang baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur? Kalau kita sepakat mau, maka para pekerja a la MC Nikahan itu harus kita ingatkan, untuk bekerja secara profesional dan sungguh-sungguh. Bekerja menuntaskan amanah profesinya masing-masing hingga tuntas, baru kemudian menuntut haknya. OK?