23 September 2011

Sajadah Pemecah Belah (Ummat)

Hah, sajadah pemcecah belah ummat? Maksudnya? Tenang... tenang dulu Bro & Sis. Biasa 'kan, kalau bikin judul yang bombastis alias sensasional, hehe...
Ini kan hari Jum'at. Lantas? Yah, bagi para brother, kan siap-siap untuk Jum'atan. Yang PNS biasanya pagi tadi sudah pada segar bugar to? Berkeringat habis olah raga, entah jogging, jalan santai atau sekedar cabutin rumput halaman kantor sambil ngerumpi (hihi...)
Ngomongin soal Jum'atan, pastinya kan Bro semua siap-siap mandi besar, semprot minyak wangi di baju koko, sarung dan peci. Tidak lupa sajadah semampir di pundak. Kalo ane sendiri sih biasanya males bawa-bawa sajadah, karena di masjid kan sudah ada karpetnya, tak khawatir kedinginan lah.
Nah, topik hari ini ane mau celoteh soal karpet masjid yang bermotif sajadah bergandeng-gandeng seperti ini:


Mengapa ane sebut pemecah belah ummat? Karena sering ane jumpai, masyarakat muslim yang sholat di atas karpet motif ini cenderung menempatkan diri pada "kapling" per motifnya. Jika dalam satu shof ada 10 kotak, maka hanya akan diisi oleh 10 orang jamaah saja. Sehingga tiap shof-nya jadi renggang, kayak orang sedang marahan aja. Padahal Rosulullah yang mulia memerintahkan kita untuk merapatkan shof. Jadi sebenarnya shof yang '10 kotak' itu bisa menampung 15 orang jamaah. Coba Bro & Sis hitung, jika masjid/musholla hanya terdiri dari 10 baris karpet yang 10 kotak itu, maka masyarakat cenderung akan merasa muat hanya 100 orang. Padahal sejatinya bisa muat 150 orang.
Di samping alasan pemborosan ruang, ane lebih kepada memperhatikan sunnah nabi, yakni merapatkan shof. Ingat, kerapatan dan kerapihan shof itu merupakan kesempurnaan ibadah sholat kita. Hikmahnya (ane pikir) rasa ukhuwwah Islamiyah akan lebih terasa. Karenanya menurut ane lebih afdhol jika karpet masjid memilih motif polos. Antara lain yang semisal ini: