31 Oktober 2011

Amalan Utama di Bulan Dzul Hijjah

Lihat-lihat kolom sebelah kanan (widget tanggal hijriyah), agak kaget juga. Lho, ternyata sudah tanggal 4 Dzul Hijjah to? Walah, padahal Bulletin Al-Ummah edisi Dzul Hijjah belum juga masuk ke percetakan nih. Proses desain dan layout -baik isi maupun cover- sudah rampung sih. Tapi slot iklan masih lowong banyak. Padahal dari para pemasang iklan lah bulletin ini 'bernafas', hehe... Mudah-mudahan segera tertutupi ya Robb...
Oke, Bro & Sis, ngomongin bulan Dzul Hijjah, berikut ane kutipkan secuil artikel di bulletin edisi November (Dzul Hijjah), semoga bermanfaat.

Amalan-amalan yang disyari’atkan pada bulan Dzul Hijjah: 

1. Haji dan Umroh
“Barang siapa berhaji karena Allah semata, ia tidak rofats dan berbuat dosa, ia pulang dari hajinya seperti hari dilahirkan oleh ibunya.” [HR. Bukhori]
“Dari umroh yang satu ke umroh yang lain sebagai penghapus dosa-dosa di antara keduanya, dan haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali surga.”

2. Perbanyak dzikir dan do’a
“Tiada hari yang lebih baik dan lebih dicintai Allah ta’ala untuk beramal baik padanya dari sepuluh hari Dzulhijjah, maka perbanyaklah membaca tahlil (Laa ilaaha illallah), takbir (Allahu Akbar) dan tahmid (Alhamdu lillah).” [HR. Ahmad]
Imam Bukhori rahimahullah menjelaskan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah ra.:
Mereka berdua pergi ke pasar pada 10 hari Dzulhijjah untuk menggemakan takbir pada khalayak ramai. Lalu orang-orang mengikuti takbir mereka berdua.
“Do’a terbaik adalah do’a pada hari ‘Arofah,. dan do’a terbaik yang saya baca pada hari ‘Arofah dan dibaca oleh semua nabi sebelum saya adalah: ‘tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, hanya milik-Nya semua kekuasaan dan pujian, dan Dia Maha Mampu melakukan segala sesuatu’.” [HR. At-Tirmidzi]

3. Puasa
“Saya mengharap kepada Allah agar puasa pada hari ‘Arofah menghapuskan dosa satu tahun sebelumnya dan satu tahun yang sesudahnya.” [HR Muslim]
“Tidaklah ada seorang hamba yang berpuasa sehari di jalan Allah, melainkan Allah akan menjauhkan wajahnya dari neraka selama tujuh puluh tahun (jarak tempuh perjalanan selama tujuh puluh tahun) karena puasanya.” [Muttafaq ‘alaih]

4. Menyembelih hewan qurban
“Barang siapa yang memiliki kelapangan (rezeki) dan dia tidak berqurban, maka jangan dekati tempat shalat kami.” [HR Ibnu Majah, Al Hakim, Ahmad, Ad Daraquthni, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman].
“Wahai umat manusia, adalah wajib bagi penghuni setiap rumah “berqurban” di setiap tahun.” [HR Ahmad, Abu Dawud dan At Tirmidzi]
Sahabat Abu Ayyub ra ditanya, “Bagaimana cara berqurban pada zaman nabi saw?” Beliau menjawab, “Setiap orang (yang punya kemampuan) menyembelih seekor domba atas nama dirinya dan anggota keluarganya.” [HR At Tirmidzi]
Nabi saw tinggal di Madinah selama 10 tahun dan selalu menyembelih qurban di setiap tahunnya.

[diolah dari berbagai sumber]

28 Oktober 2011

Sumpah, [aku ini masih] Pemuda!

Buka kantor, buka akun. Eh, baru tersadar kalau sekarang tanggal 28 Oktober. Di dunia maya sudah pada 'gegeran' membicarakan hari bersejarah ini; Sumpah Pemuda. Ada yang menyimpan asa untuk perbaikan kualitas para pemuda negeri ini. Ada pula yang pesimistis melihat 'prestasi' pemuda Indonesia di berbagai ranah kehidupan. Ane pribadi, adalah pendukung golongan yang optimistis! Kudu dong...

Asa itu masih harus ada, Bro & Sis...
Karena tanpa asa yang membuncah, sampeyan semua akan menatap 'madesu', masa depan yang suram! Seperti apa pun kondisi kininya (apalagi kondisi eksistingnya adalah amburadul seperti sekarang ini). Padahal kalau kita semua mau bersatu padu menyamakan visi untuk Indonesia jaya (wow!), insya Allah pasti bisa.

Dan, perubahan itu terletak di pundak para pemudanya. Masih terngiang pidato Soekarno dulu, "Beri aku 10 pemuda, maka akan kuubah dunia!" Dahsyat 'kan? Rasulullah saw sendiri mengawali dakwahnya di kalangan pemuda. Hingga terbilang puluhan pemuda bergabung di bilik Arqam bin Abil Arqam, kemudian menyeruak ke seantero jazirah Arab. Waktunya relatif singkat, sekitar 20 tahunan. Dari kondisi minus (jahiliyah), terbelakang, terpuruk, tanpa izzah (harga diri) berubah total menjadi generasi yang disegani lawan. Bahkan 2 negara adi daya waktu itu (Roma & Persia) berhasil ditaklukan di bawah naungan Islam.

Tidakkah kita semua merindukan hal itu, saudaraku? Enam puluh enam tahun sudah kita menyia-nyiakan rahmat Allah ini. Harusnya, kita bisa tiga kali lebih jaya dibanding apa yang telah Rasulullah saw lakukan. Maka hanya Islam-lah satu-satunya solusi untuk kejayaan negeri ini. Itu semua kembali kepadamu, para pemuda Indonesia. Siapa pemuda itu? Mereka bukan hanya yang usia (biologis)-nya muda saja, melainkan siapa saja yang memiliki semangat, energi & visi  para pemuda.

Maka, lebih baik telat tinimbang tidak mulai dari sekarang... Sumpah, [ane juga termasuk] pemuda!

27 Oktober 2011

Silaturahim Dua Media Besar Pekalongan

GM Radar Pekalongan, Ade Asep Syarifuddin SAg (baju biru) tengah menerima awak redaksi Bulletin Al-Ummah;
dari kiri: Bambang Subekti [pemred], Nurhadi [sekretaris], Budi Sehabudin [marketing], Akhmad Subkhan [ziswaf]
- Foto: M Arif Prayoga -

Bro & Sis, pada Rabu [26/10] siang kemarin, ane dan para awak redaksi Bulletin Al-Ummah berkunjung ke kantor Radar Pekalongan. Diterima langsung di kantornya, Jalan Irian nomor 10 Kelurahan Sapuro Kota Pekalongan, oleh General Manager-nya, Kang Asep (demikian sapaan akrab ane padanya). O ya, Radar Pekalongan ini menasbihkan dirinya sebagai "koran harian pertama di Pekalongan, Batang dan Kendal." Mantaap...

Ane sampaikan secara guyon maton (serius yang dikemas dalam wadah canda) kepada Kang Asep, bahwa silaturahim ini adalah pertemuan antara dua media massa terbesar di Pekalongan! Weleh, tiras bulletin baru 1.000 eksemplar saja sok atuh ah, mimpi kalee! Hey..hey.. ini 'kan statemen seorang visioner (cieee...). Lho, lha iya to, kita semua musti punya visi yang jauh melambungi zamannya. Betul tidak? Karena jika kita hanya menatap kondisi saat ini saja, yah... kapan majunya Bro & Sis?

Oleh karena itulah -dalam kesempatan silaturahim kali ini- kami saling me-matching-kan mimpi-mimpi kami. Ada mimpi tentang Majelis Dhuha, yang mana merupakan majelis silaturahim para eksekutif muda Pekalongan untuk berbagi ilmu agama, peluang pahala maupun peluang bisnis. Ada mimpi tentang 'pabrik' huffadz (penghafal Al-Qur'an) yang berjuluk Assalaam Boarding School Pekalongan. Pun ada mimpi sinergi dua media terbesar di Pekalongan ini: Radar Pekalongan (yang bussiness oriented) dan Bulletin Al-Ummah (yang bergenre nirlaba).

Bro & Sis perlu mengilmui, bahwa ketika alam bawah sadar kita senantiasa dicekoki visi-visi positif, mimpi-mimpi besar, maka semua potensi yang ada pada diri kita akan serempak mengarah ke sana. Dan agar mimpi itu cepat menjadi realita, maka harus dilakukan secara berjama'ah. Seperti halnya sholat, jika dilakukan secara berjama'ah, Allah SWT melipatgandakan ganjarannya menjadi 27 derajat. Inilah ane fikir, salah satu hikmah bersilaturahim: menghimpun energi mimpi besar yang terserak pada jiwa-jiwa visioner.

Masih ingat mimpi Rasulullah saw, dalam Perang Khandaq? Waktu itu Rasulullah saw terjun langsung menggali parit bersama para sahabat dan seluruh prajurit. Ketika memecah sebuah batu besar dengan palunya, Rasul berteriak, "Bismillaahi Allahu Akbar, takluklah Romawi!" Maka terperciklah bunga api ke arah Kekaisaran Roma. Pukulan berikutnya beliau meneriakkan lebih keras lagi, "Bismillahi Allahu Akbar, tunduklah Persia!" Kembali batu memercikkan bunga api ke arah Kerajaan Persia. Sebagaimana kebanyakan kita, para sahabat dan seluruh prajurit pun terbengong-bengong meresapi 'teriakan' visi beliau saw.

Bro & Sis tahu 'kan, bahwa waktu itu hanya ada 2 kekuatan terbesar dunia; Roma dan Persia. Padahal kondisi ketika Rasulullah saw memecah batu saat itu, kekuatan ummat Islam belum ada apa-apanya. Luar biasanya lagi, visi besar menaklukkan 2 negara adi daya itu dicanangkan dalam keadaan perut-perut mereka diganjal batu, saking tidak kuat menahan lapar! Dahsyat 'kan?

Nah, tunggu apa lagi? Mari, bersama wujudkan mimpi besar kita, dengan kerja-kerja nyata.

24 Oktober 2011

Menantang Matahari

Ini perumpaan orang yang setiap hari berangkat dari rumah menuju ke tempat kerjanya ke arah timur, dan pulang sore harinya (tentu ke arah terbenamnya matahari).

Seperti yang ane alami sabtu (22/10) kemarin seharian ini. Berangkat dari rumah jam 05.10 pagi. Usai turun masjid dan sang Mentari belum juga keluar dari peraduannya, ane take off dari rumah (Pekalongan) menuju ke Bawen (kabupaten Semarang). Ada undangan dari Pondok Pesantrennya Umar, anak ketigaku. Di undangan tertera acaranya jam 09.00 untuk mengambil hasil Ulangan Tengah Semester, sekalian rapat Orang Tua/Wali Santri.

Kira-kira satu jam perjalanan, perutku mulai merengek-rengek. O-o, saatnya menunaikan hajat besar rupanya. Sekalian saja deh, mampir di SPBU Plelen, motor juga minta 'minum' sih. 15 menit kemudian, terasa lega... Alhamdulillah, terima kasih Allah, telah memberikan nikmat bisa BAB pada waktunya. Sholat dhuha dulu aah, sebelum melanjutkan perjalanan.

Giliran menjelang Cepiring, Kendal, cacing-cacingku pada aksi demo. Ya sudah, kuturuti saja tuntutannya, daripada bermasalah, ya nggak? Tempat yang paling pas untuk memenuhi tuntutan para cacing ini di warung makan pinggir kali, jelang pabrik gula Cepiring. Relatif murah, tapi makanannya mak nyus tenan. Sayangnya belum disambangi pak Bondan saja nih.

Perjalanan selanjutnya berjalan lancar, hingga tepat jam 09.05 sampai di lokasi, SMP IT Darul Fikri Bawen. Ternyata acara belum dimulai, jadi masih ada waktu buat ke belakang lagi. Bersih-bersih diri sedikit, biar wajah terasa sumringah.

Diagendakan, pertemuan orang tua ini ada materi dari seorang pembicara (motivator) dari luar, namun karena beliaunya berhalangan maka diganti oleh ustadz Rokhis, Lc (pengasuh pesantren). Lumayan lah, daripada tidak ada materi sama sekali. Bahkan -alhamdulillah lagi nih- materi yang disampaikan ustadz Rokhis, bisa buat bahan artikel bulletin Al-Ummah.

Ane di pondok sampai jam 13.30, setelah sebelumnya menyempatkan diri bertemu Umar. Terlihat Umar sudah mulai enjoy di pondok. Mudah-mudahan everything is OK. Karena sebelumnya ane dan istri agak khawatir juga, Umar mengalami bullying dari kakak kelasnya. Insya Allah sudah tertangani dengan baik oleh para ustadz dan pengasuhnya atas masukan kami tempo hari. Tidak bisa berlama-lama karena jam 15-nya seluruh santri putra akan outing ke Gunung Ungaran. Jadi, setelah memberikan bekal cukup dan bercengkerama dengan Umar, ane pamitan.

Selamat belajar anakku, semoga kelak engkau menjadi 10 kali lipat kefasihan, kedalaman ilmu dan kemampuan menyampaikannya Ustadz Anwar Jufri, Lc (pendiri pondok). Itu yang ane mohonkan ke Allah, dan ane yakin sejuta persen, pasti dikabulkanNya!

21 Oktober 2011

Kesempatan Bertemu Syeikh M. Hamid Aliwa

[dari kiri ke kanan: ane, Syeikh MHA dan ustadz Husni Darojatun dari Tegal]

Syeikh M Hamid Aliwa adalah praktisi dan pakar pendidikan dari Mesir. Nampaknya masih cukup muda, namun taujihnya begitu mengena. Jadi malu diri ini dibuatnya. Betapa tidak, nasihat-nasihatnya terasa menelanjangi sekujur tubuh ini. Sungguh rugi orang yang tidak mau hadir di forum ini.




Tunggu postingan selanjutnya ya...
lagi meresume dari oret2an di kertas....
....[under writing]

19 Oktober 2011

Tren Penulisan Alamat Masa Depan

Kepada Yth.
Bp. Nurhadi SA
Jl. Masjid Darul Falah Gg. 1 No. 11
Rt. 18 Rw. 2 Kampung Baru Podo
Kecamatan Kedungwuni
Kabupaten Pekalongan
Kode Pos 51173

Walaaah... alamate ndesoo!!
Hehe... yah, begitulah alamat lengkap ane, ndeso dan...
Penulisan alamat model begini memang ndeso alias out of date
Bro & Sis, ke depannya ane ramalkan penulisan alamat tidak serumit itu deh. Ane yakin jika Bro & Sis yang bukan orang Pekalongan disuruh mencari alamat di atas, peluang nyasarnya besar.

Bagaimana jika ane kasih alamat begini:

Kepada Yth.: Bp. Nurhadi SA
@ Latitude: S6*57,606' ; Longitude: E109*39,091'

Ane jamin pasti nyampe deh (tentunya dipandu GPS dong...). Dan sepertinya, pada masa yang akan datang, pak Pos (jika pun masih diminati) atau jasa kurir akan lebih senang mencari alamat berupa koordinat garis lintang dan garis bujur ini.

Penampakan di GPS, rumah ane seperti ini nih:














Wajah rumah ane (foto by Jundi, anakku)

17 Oktober 2011

Tips Mengatasi Lupa Jumlah Rokaat

Sebelumnya ane sampaikan, bahwa tips ini hanya efektif untuk: sholat sunnah dengan bilangan rokaat yang banyak dan dilakukan sendirian (artinya tidak berjama'ah). Misalnya sholat tahajud dan sholat dhuha.

Ide ini muncul karena dilatari pengalaman pribadi yang sering lupa, sudah berapa rokaat sholatku ini ya? Biasanya saat sholat dhuha. Maklum, agak tergesa melakukan aktivitas harian. Jadi agak nggak konsen pada rokaat.

Akhirnya ane siasati begini. Untuk sholat 8 rokaat, ane bagi jadi 2 rokaat satu salam, sehingga total ada 4 kali salam. Pada saat takbiratul ikhrom set pertama, ane berdiri di pojok kanan shof terdepan di masjid yang biasa ane sholat. Kemudian setelah salam, untuk set kedua, ane bergeser satu ubin ke kiri. Begitu seterusnya untuk set rokaat ketiga dan keempat. Nah, untuk surat yang dibaca setelah al-Fatihah, biar mudah mengingat, baca saja Adh-Dhuha atau Asy-Syams pada setiap rokaat pertama dan Al-Insyiroh pada rokaat kedua. Sehingga jika lupa bilangan rokaat, Bro & Sis tinggal lihat, pada ubin ke berapakah Antum berdiri sekarang? Mudah kan?

Nah, modifikasi tips ini bisa berupa: arah pergeseran, dari kiri ke kanan, atau dari shof terdepan ke belakang atau sebaliknya. Bisa juga menggunakan 1 blok karpet masjid motif sajadah bergandeng untuk tiap set (2 rokaat). Sehingga jika sudah pindah tiga blok (ke kanan, kiri, depan, belakang) berarti Antum sudah genap 8 rokaat. Untuk bilangan lain, tinggal kalikan saja...

Semoga bermanfaat.

13 Oktober 2011

Awas Keplarak...!!!

Foto ini diambil oleh Jundi, anakku (kelas 2 SD) waktu mau periksa ke RSUD Bendan Pekalongan. Dan peringatan lantai basah seperti ini sering kita dapati di tempat-tempat layanan publik lainnya. Padahal di sana sebagian besar masyarakatnya tidak paham bahasa Inggris. Alangkah baiknya pabrik pembuat instrumen seperti ini menyesuaikan diri dengan pangsa pasarnya. Atau paling tidak melengkapinya dengan terjemahan Bahasa Indonesia. Mau jualan di Indonesia toh?

12 Oktober 2011

Samsat Drive Thru


Adalah layanan Pengesahan STNK, Pembayaran PKB dan SWDKLLJ yang tempat pelaksanaannya di luar Gedung Kantor Bersama SAMSAT dan memungkinkan Wajib Pajak melakukan transaksi tanpa harus turun dari kendaraan bermotor yang dikendarainya.

Bro & Sis, itu teorinya. Praktiknya sangat sulit menerapkan 'drive thru' ini. Bagaimana mungkin "tanpa harus turun dari kendaraan" kalau peminatnya seperti ini? Hehe...



Lepas dari itu, paling tidak layanan di sini memang relatif cepat. Biasanya kalau di Kantor Samsat, waktu yang dibutuhkan untuk pelayanan ini kurang lebih 1 jam-an (mulai dari memasukkan berkas hingga selesai penyerahan berkas kembali). Nah, di Samsat Cepat ini kita ngirit waktu 50%. Kemaren ane coba, hanya butuh waktu sekitar setengah jam-an. Juga ngirit duit ding, selisih biaya fotokopi dan map (sekitar dua ribuan, lumayan). Karenya di sini syaratnya cuma bawa berkas asli: KTP, STNK & bukti pajaknya sama BPKB. Sudah itu tok, tidak usah difotokopi.

Sistem dan Prosedur Layanan

1.  Layanan Drive Thru terdiri dari 2 (dua) loket yaitu :
     a. Loket 1 pendaftaran dan pengesahan
     b. Loket 2 pembayaran dan penyerahan;
2.  Pendaftaran Pengesahan pada ayat 1 (satu) huruf a ditandai dengan stempel dan paraf petugas pendaftaran;
3.  Layanan Drive Thru melayani kendaraan bermotor dengan identifikasi sesuai dengan STNK yang digunakan pada saat pendaftaran;
4.  Layanan Drive Thru tidak melayani kendaraan blokir dan kendaraan bermotor angkutan penumpang umum;
5.  Petugas loket pendaftaran menerima dokumen dari wajib pajak berupa BPKB Asli, STNKB Asli, KTP Asli, selanjutnya melakukan penelitian terhadap kebenaran dokumen dan melakukan validasi dokumen dengan scanner;
6.  Petugas loket Pembayaran dan Penyerahan memberitahukan jumlah pembayaran yang seharusnya dan selanjutnya menerima pembayaran serta menyerahkan bukti pembayaran kepada Wajib Pajak;
7.  Pemanfaatan layanan drive thru disesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-masing daerah.

03 Oktober 2011

Ibu Negara, Lihatlah Kami...

Wahai Bu Ani SBY,
Selamat datang di Pekalongan...
Senang sih, dikunjungi...
Tapi lihatlah
Orang-orang jadi pada repot
Mau lewat di jalur yang biasa kami lewati tidak boleh
Harus muter-muter dulu di "jalur alternatif"
(jadinya ngabisin bensin & waktu)

Dan...
Para siswa yang dijejer di pinggir jalan itu
Butiran peluh deras membasahi seragam batiknya
Hanya untuk melambaikan merah-putih kecil di tangannya

Sementara Ibu dan rombongan asyik pilah-pilih batik
Adakah yang memikirkan makan siang mereka?
Sudah hampir ashar lho...
kapan rombonganmu akan pulang?
Capek nih...

Bu Ani SBY....
Terima kasih telah merepotkan kami...

Hari Batik Nasional

Selamat ber-Hari Batik Nasional!

Bro & Sis, konon hari ini dinisbahkan sebagai Hartiknas. Makanya hari ini ane pakai baju batik, hehe... Ya, bukan latah lah. Kan ada instruksi walikotanya. Tahu 'kan, kalau pak dokter Basyir sang Walikota Pekalongan itu paling ngotot soal batik. Bahkan mengklaimkan bahwa Pekalongan itu sebagai pusat batik dunia. Wow!
Tapi jujur saja, ane paling tidak suka lho, pakai baju batik. Nggak tahu lah kenapa. Kalau dulu sih alasannya 'terlihat tua'. Tapi sekarang alasan itu tidak relevan lagi, kan faktanya sudah tua, hehe...
Namun ada secuil ganjalan di nurani ini jika pas pakai baju batik. Ane jadi teringat para kuli keceh (itu lho, para buruh batik yang saban hari harus berbasah-ria dalam memproses kain batik). Ya, ingat upahnya yang di bawah UMR, ya ingat segala deritanya dah.
Jadi, pada selembar kain batik, hanya para juraganlah yang benar-benar bisa menikmati hasilnya. Sementara para kuli keceh itu... yah, tetap saja belum sejahtera.

01 Oktober 2011

Pembesar itu Menyengsarakan...

Apa? Hari Kesaktian Pancasila?? Ah, hari kesaktian para pembesar kalee... Lihat saja, menjelang kunjungan ibu negara ke Kampung Batik Pesindon (Pekalongan), semua orang pada sibuk. Ada juga sih yang sok sibuk dan sok cari muka.
Tanggal 3 Oktober nanti kan ada perhelatan Pekan Batik Nasional di Pekalongan. Semua orang, dari mulai Walikota sampai Kapolda, merasa bertanggung jawab atas suksesnya acara ini. Yah, apalagi kalau bukan karena para pembesar mau hadir. Padahal yang hadir cuma istri presiden dan rombongannya saja. Itu pun hebohnya nggak ketulungan.
Bahkan mulai kemaren, sebuah TK dan SD yang kebetulan di jalur yang hendak dilewati rombongan, sudah diliburkan hingga acara selesai. Walah, ternyata pendidikan dikalahkan sama kepentingan remeh seperti itu.
Ada lagi kesaksian teman ane yang kebetulan pengusaha batik di Pesindon (lokasi yang nanti dituju), konon jelang hari H nggak boleh kemana-mana, karena area radius sekian kilometer harus steril! Walah...
Belum lagi pemilik rumah jelek yang juga berada di "lintasan" juga harus minggir dulu sementara. Karena seluruh muka rumahnya akan ditutup triplek berhias batik. Oh, jadi begini ya, kalau pembesar (ibu negara) mau lewat, beliau tidak boleh melihat wajah asli rakyatnya?
Oalah... ternyata para pembesar itu menyengsarakan ya...?
,