23 Desember 2008

Hari Ibu


Kemarin, hampir semua tokoh negeri ini pada latah memperingati Hari Ibu. Bahkan bapak presiden kita merasa perlu memasang iklan khusus edisi Hari Ibu, dengan pose sedang sungkem kepada ibundanya. Yah... biar saja, toh memang semua orang lagi pada ngincer kursi 2009 dan 2010.
Di daerah ane, Pekalongan, yang ribet upacara Hari Ibu ini paling para birokrat, PNS dan anak-anak sekolahan. Sementara kalangan enterpreuneurnya cuek bebek. Maklum, kalangan pengusaha --yang sebagian besar para juragan batik-- merasa tidak perlu mengingat hari-hari besar nasional apa pun termasuk Hari Ibu. Yang ada di benak mereka cuma satu: Hari Kamis! Dimana saat paling memusingkan kepala mereka karena harus memikirkan uang pocokan para kuli kecehnya.
Ane sendiri sebetulnya tidak ambil pusing pada peringatan ini. Walaupun tadi sore ikut sedikit menyukseskan sebuah acara kecil di DPRa PKS Kelurahan Kergon. Terpaksa, karena istri -selaku anggota panitia- minta diantar dan minta tolong untuk mengeset lcd, screen dan laptopnya. Acaranya sih demo masak, bikin nuget ikan, tapi prolognya ada sedikit promosi Si Angka 8-lah.
Ane kurang setuju jika untuk "membalas" jasa-jasa bunda hanya dikhususkan pada 22 Desember saja. Emangnya impas? Wong andai kita saban hari "membalas" saja masih kurang kok. Jadi untuk konteks ini, every day is Hari Ibu. Tapi kalau konteksnya hanya simbolisasi, menurutku sih tidak perlu. Pemborosan itu! Mending dananya buat proyek keumatan lain yang bisa menambah manfaat buat rakyat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah mampir...