20 Desember 2008

Keceriaan Dibalik Musibah

Bro & Sis,
Sore ini hujan deras mengguyur di langit Pekalongan. Seperti air seember besar ditumpahkan pada segayung wadah. Akibatnya dalam beberapa menit saja seantero Pekalongan sudah tergenang. Beberapa tempat yang agak cekung, lumayan kedalaman banjirnya, hingga setengah meter.
Sedianya ane mau keluar rumah mengantarkan barang cetakan (brosur caleg PKS Kec. Pekalongan Timur), tapi akhirnya ane batalkan melihat derasnya hujan sore ini. Sementara itu istri (dan teman-teman gurunya) sedari pagi lembur di TKIT Ulul Albab mengisi rapor. Kami bertiga (ane, Zaid [anak kedua, kls.6] dan Jundi [anak keempat, TK B]) menikmati hujan ini di rumah.
Lama-lama miris juga melihat hujannya semakin menjadi-jadi. Betapa tidak, ternyata "hujan"nya juga pindah ke dalam rumah kontrakan ane! Dari 6 ruang (2 kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, km/wc, dapur) cuma kamar tidur yang aman, itu pun terdapat beberapa tetes kebocoran. Selainnya, kami harus berpayung jika tidak ingin basah kuyup.
Pontang-panting diri ini mengantisipasi kebocoran, sendirian. Masya Allah... air dengan cepatnya menelusup dari segala arah. Walaupun banjir ini cuma sebatas kaki (kodok), membuat ane sumpek juga. Akhirnya ane menyerah... Tentunya setelah berusaha maksimal dan mengerahkan segenap sumber daya (ember, panci, baskom, rantang, karpet, kain-kain bekas). Itu pun ternyata masih ada bocoran yang tidak tercover dan luberan air dari depan dan belakang rumah, tak terbendung!
Sementara anak-anak malah asyik bermain bola di tengah musibah. Tidak berempati atas kesusahan orang tua membendung banjir lokal ini. Dasar anak-anak, mana ada rasa sedih. Namun sebagai orang tua yang bijak (cieee...) ane tidak boleh memarahi mereka. Bagaimana menyikapinya nih?
Aha, dapat ide! Ane instruksikan saja mereka untuk melucuti pakaian, kecuali celana pendek. Terus ane kasih kain pel dan.... "Oke anak-anak, sekarang permainan kita ganti dengan Banjir Skate!" Eh, apaan tuh? "Kalian boleh seluncuran di lantai dari ruang tengah ke depan, sambil menyapukan kain pel". O ya satu lagi, mas Zaid (yang hobi jadi keeper di ekskul sepak bola-nya) bertugas jaga gawang! Itu tuh, ember penampung bocor, yang jika sudah penuh harus segera dibuang. Wow, mereka menyambut antusias, berhasil!
Nah, sistem "antisipasi banjir" sudah berjalan "otomatis". Kini saatnya istirahat, untuk hemat energi sih. Karena nanti jika sudah reda, ane toh harus bersih-bersih seluruh lantai rumah ini, tanpa bantuan mereka. Dan ini akan menyita banyak energi bukan? Hehe... licik ya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah mampir...